Di sana ayah menemui salah satu pedagang, terjadilah obrolan antara ayah dengan pedagang pakaian tersebut, apa yang dibicarakan? Dari kejauhan tentu saya tidak tahu. saya hanya menunggu di tempat parkiran sambil istirahat dan mengatur nafas yang agak kacau karena kelelahan.
Ternyata tidak lama ayah sudah selesai dengan urusannya, perjalanan dilanjutkan kembali, kali ini ayah bilang balik arah, masih tetap menelusuri jalan Jenderal Sudirman yang ramai dengan mobil serta motor yang semakin menjamur saja.
“nanti kalau sudah sampai didepan shoping centre berhenti ya”. Ayah mengingatkanku
“shoping centre yang mana yah?” tanyaku
“di toko bahan kain Pribumi” jawab ayah
kukayuh sepeda sambil melihat ke pertokoan yang berderet laksana gerbong yang sangat panjang dengan judul gerbong yang bermacam macam sesuai dengan isi gerbong tersebut.
Sampailah mata tertuju pada tulisan besar berbunyi “TOKO PRIBUMI” terpampang di sebuah bangunan besar yang berisi bahan pakaian yang begitu lengkap dengan pelayan yang cukup banyak. Kayuhan sepeda kuhentikan seketika dan saya parkirkan dihalaman toko pinggir jalan Jenderal Sudirman.
Seperti pada saat di pasar pagi, sayapun menunggu di tempat parkiran, tetapi ayah mengajakku untuk masuk ke toko tersebut, disitu terjadi sebuah percakapan.
“Pak Kaji Dahlan, saya kesini ingin menyampaikan sesuatu kepada panjenengan.” ayah mengawali pembicaraan setelah sebelumnya mengucap salam terlebih dahulu.
“oya memangnya ada apa pak Madi?” begitu pak Kaji dahlan memanggil nama ayahku.
“Begini, pertama saya kesini tujuannya adalah silaturrahmi, untuk menyambung persaudaraan. Kemudian kedua kalinya saya minta maaf kepada pak kaji atas khilaf dan salah saya”. Begitulah ayah menyampaikan ucapannya kepada pak kaji Dahlan.