Teman satunya nyeletuk, Â sebut saja Pak Ibra bilang begini, " Semoga berbahagia itu artinya jadi pengantin itu tidak berbahagia. "
Semua orang yang hadir di situ tertegun dengan kata-katanya. Â Benarkah kata-katanya itu?! Â Bukankah pernikahan itu moment yang paling membahagiakan bagi manusia dalam hidupnya. Tidak ada moment bahagia melebihi bahagianya menjadi seorang pengantin. Â Mengapa pula orang berdoa semoga berbahagia?! Â
Pikiranku pun ikut mengandai-andai mengapa Pak Ibra bilang begitu?!Â
"Coba apa artinya orang bilang semoga lekas sembuh kepada orang yang sedang sakit? Artinya orang itu belum sembuh, Â masih sakit. "
"Betul gak?!  Coba perhatikan  parikan Jawa yang berkata begini, " Dadi pengantin iku senenge sak klentheng rekasane seketigo rendeng."
(Artinya kurang lebih begini, Â menikah itu bahagianya hanya sebiji kapuk randu, Â tapi rekasanya/susahnya sepanjang tahun).Â
Kami yang hadir mengangguk-anggukan kepala. Â Seolah-olah penjelasan itu masuk akal. Â
Aku (penulis) Â berpikir bahwa mungkin ada benarnya juga kata Pak Ibra. Â
Bayangkan saja sehabis selesai prosesi  pernikahan biasanya langsung dihadapkan hutang piutang biayaa pernikahan.  Belum lagi hutang mertua untuk biaya nikah.  Dan sebagainya.Â
Setelah itu berpikir bagaimana keluarga baru yang dibangunnya bisa mandiri terpisah dari campur tangan orang tua.Â
Tetbayang biaya bangun rumah, Â atau sewa rumah, Â beli perabot rumah tangga, Â tanggungan biaya hidup sehari-hari br bersama kekasihnya, dll.Â