Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bersepeda, Sisi Lain di Balik Rasa Lelah

6 Oktober 2024   10:27 Diperbarui: 6 Oktober 2024   12:00 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan itu juga kerap dilintasi kendaraan yang membawa beban berat berupa material bangunan. Ini membuat jalan seakan bergegas lebih cepat ke arah kerusakan. Gilasan roda kendaraan barang itu meninggalkan banyak lekukan karena lapisan aspal tidak kuat menahan beban. 

Terlepas dari penyebab kerusakan, bersepeda di atas jalan seperti itu menjadi semacam tantangan, untuk tidak menyebutnya sebagai ketidaknyamanan. Saya bukanlah pesepeda profesional yang dapat menemukan kepuasan bersepeda pada lintasan yang ekstrem. Jadi kondisi jalan itu sudah cukup saya sebut sebagai tantangan. Saya memerlukan waktu yang lebih lama untuk beradaptasi agar merasa terbiasa bersepeda.

Sepeda memang kendaraan ramah lingkungan walaupun melelahkan. Namun, di balik tantangan dan rasa lelah itu saya menemukan sisi lain dari bersepeda. Ini mungkin tidak ditemukan pada kendaraan bermotor.

Interaksi dengan Sesama Warga

Berkendaara dengan sepeda motor kadang menunjukkan kesan tergesa-gesa. Ini membuat saya kurang memperhatikan orang-orang di sepanjang jalan sehingga mengurangi interaksi dengan sesama warga.

Seminggu bersepeda saya mulai menikmatinya. Dengan bersepeda saya lebih berkesempatan berinteraksi dengan orang-orang yang saya kenal dalam perjalanan pergi ke atau pulang dari sekolah. Bersepeda memberikan saya kesempatan untuk bertegur sapa dengan sesama warga kampung sepanjang perjalanan. Dengan bersepeda saya lebih leluasa saling berbalas senyum, melambaikan tangan, atau sekadar berterima kasih atas basa-basi ajakan mampir dari orang-orang yang saya temui. 

Dalam proses interaksi itu saya menemukan perbedaan cara pandang orang-orang gaya hidup bersepeda. Sebagian orang melihat saya bersepeda sebagai sesuatu yang terlihat asing. Mereka melihat saya dengan senyum yang ganjil. 

"Punya motor malah naik sepeda," seloroh salah seorang warga yang mengikuti senyum ganjil itu saat melihat saya bersepeda.

Beberapa orang lainnya memberikan semangat dan melihat saya dengan sudut pandang yang lebih positif. Terlepas dari semua itu, interaksi itu membuat saya lebih dekat dengan orang-orang di sepanjang jalan. 

Bersepeda membuat saya dan mungkin juga Anda dapat membuat perjalanan lebih rileks dan memberikan kesempatan membangun interaksi sosial yang lebih baik dengan orang-orang di sekeliling.

Lelah tetapi tubuh terasa lebih sehat

Bersepeda sesungguhnya dapat dijadikan medium untuk melepaskan diri dari perilaku manja di atas jok kendaraan bermotor. Ini memang sesuatu yang melelahkan.

Karena jarang bersepeda saya memerlukan perjuangan yang cukup keras untuk sampai di sekolah. Tanjakan kecil yang saya lewati membuat saya menikmati rasa pegal pada paha dan betis. Bokong saya juga sedikit terasa nyeri karena bergesekan dengan sadel sepeda. Separuh perjalanan saja, saya harus mengucurkan banyak keringat dan mengerahkan sejumlah besar energi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun