Nama lengkapnya Ahmad Hanif Rabbani. Sapaannya Hanif. Dia cucu dari ayah saya dan anak kedua yang dilahirkan istri saya. Saat ini Hanif baru naik ke bangku SMP kelas 2. Dia lahir 13 tahun yang lalu, tepatnya 2011.
Setiap anak dilahirkan dengan karakter yang berbeda, termasuk Hanif. Namun tidak dapat juga dibantah bahwa suatu karakter dapat melekat pada sejumlah individu. Misalnya, Gaya hidup hemat. Tanpa melalui pembiasaan beberapa anak sejak dini sudah menunjukkan kehati-hatian dalam membelanjakan uang. Sebagian mereka telah memiliki sikap literasi finansial yang positif.
Pada umumnya, anak-anak seusia Hanif relatif tidak berfikir untuk memasukkan uangnya dalam celengan. Mereka cenderung membelanjakannya sampai habis jika tidak dikontrol. Saat diberikan uang, anak-anak akan merasa bebas membelanjakannya.
Hanif menunjukkan sikap keuangan yang tergolong hemat. Tentu dia bukan satu-satunya anak yang sudah mulai berpikir dan mempraktekkan gaya hidup hemat.
Sebagaimana anak-anak pada umumnya, Hanif memiliki jatah uang jajan setiap pagi saat hendak berangkat ke sekolah. Uang jajan itu tidak banyak, sekitar 15-20 ribu. Di sekolah, dia lebih sering menyisakannya atau tidak membelanjakannya sama sekali. Sikapnya itu membuat dia dikira tidak membawa uang jajan ke sekolah oleh gurunya.
Di samping uang jajan, saat hari raya biasanya Hanif mendapat uang lebaran dari kakek, paman, bibi, atau kerabat dekat.
Uang jajan dan uang lebaran itu dikumpulkan dan disimpan. Dia menyimpan uangnya pada amplop, tas, kaleng, atau toples plastik. Saya beberapa kali menemukan sejumlah uang dalam amplop atau tas kecil yang terselip di bawah kasur.
Rupanya di sinilah kelebihan Hanif. Dia mampu menahan keinginan kecil untuk mendapatkan keinginan yang lebih besar.
Hanif akan menggunakan uang itu untuk sesuatu yang sangat dia inginkan (bukan dibutuhkan). Saat masih duduk di bangku SD, Hanif memiliki sebuah sepeda butut. Dia rajin merawatnya. Beberapa bagian dipreteli dan diganti dengan spare part lain. Sebagian organ sepedanya dimodifikasi. Dia membiayai perawatan itu dari uang simpanannya.
Saat memasuki SMP pula dia minta dibelikan handphone tetapi saya tidak dapat memenuhi permintaannya. Beberapa bulan setelah itu kakaknya yang sedang kuliah mengganti handphone dengan spesifikasi yang lebih baik. Alasannya supaya lebih nyaman menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Sebenarnya saya tahu alasan utamanya ganti hape, agar lebih nyaman main game. Hanif mendapatkan warisan handphone lawas dari kakaknya. Itu sudah cukup membuatnya senang.