Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pakaian Lebaran untuk Sekolah

21 April 2024   23:08 Diperbarui: 24 April 2024   19:08 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak kebijakan mengenai hal ini diberlakukan, tidak dengan serta merta semua sekolah dapat menerapkan penggunaan pakaian seragam sekolah. Butuh bertahun-tahun sekolah di seluruh Indonesia dapat menerapkan secara utuh peraturan itu. 

Bagi sekolah di daerah pinggiran, penerapan seragam tersebut agak sulit dilakukan karena faktor daya beli masyarakat. Pada masa itu, jangankan untuk membeli seragam, untuk makan sehari-hari saja masih sulit.

Belakangan netizen ramai dengan isu perubahan ketentuan seragam sekolah. Sudah menjadi kebiasaan warganet bahwa setiap kali ada kebijakan pemerintah yang baru dan dianggap memberatkan, sebagian besar akan memberikan respon spontan tanpa menelaah terlebih dahulu kebenaran konten informasi tersebut.

Melalui akun instargramnya, Mendikbud mengklarifikasi bahwa pemberitaan yang beredar tidak benar, sebagaimana dilansir dari laman RRI. Namun pemberitaan tersebut itu telah membuat warganet termakan isu. 

Kompasianer tentu tahu gaya netizen Indonesia merespon sebuah isu yang dipandang memberatkan masyarakat. Sebagian akan merasa dizalimi. Para kreator konten lalu memanfaatkan situasi ini untuk membuat konten dengan harapan mendapatkan tumpukan viewer dan gunungan rating.

Seorang ibu pedagang pakaian menjadikan isu seragam itu menjadi konten dalam sebuah video TikTok yang diunggah oleh akun @abimanews. Pedagang itu juga rupanya terlanjur mengunyah isu kebijakan pakaian seragam. 

Sembari mengaku pusing, dengan menunjukkan barang dagangannya berupa tumpukan pakaian seragam sekolah di tokonya, dia mempertanyakan kebijakan Nadiem dengan peraturan baru itu sampai menyatakan bahwa yang harus diganti bukan seragamnya tetapi menterinya.

Respon terhadap video TikTok itu juga sama. Dari sekian banyak komentar, sebagian besar setuju dengan pernyataan ibu itu. Terlihat hanya beberapa orang saja yang menyarankan untuk mencari informasi yang benar. 

Rupanya sebagian besar netizen menanggapi isu seragam itu tanpa menghiraukan kebenaran adanya perubahan atau apa saja yang mengalami perubahan. Seorang content creator channel lainnya terkesan melemparkan polemik itu hanya untuk mendapatkan viewer dan rating semata.  (Selengkapnya dapat ditonton di sini)

Seragam dan proses pembelajaran memang tidak memiliki relevansi secara langsung. Seorang anak dapat mengikuti proses belajar dengan baik walaupun tanpa mengenakan seragam. Dalam sudut pandang tertentu, sama sekali tidak ada pengaruh langsung proses pembelajaran dengan pakaian seragam.

Walaupun demikian, satu hal yang patut diingat bahwa seragam sekolah bukanlah sesuatu tidak bermanfaat sama sekali. Salah satu fungsi seragam dalam hal ini adalah sebagai sebagai identitas sekolah atau secara umum untuk membedakan antara anak-anak sekolah dan tidak sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun