Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Peringatan Nuzulul Qur'an (Catatan Singkat Sejarah Pembukuan Al-Qur'an)

1 April 2024   07:52 Diperbarui: 2 April 2024   23:19 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peringatan Nuzulul Qur'an 1445 Hijiriyah (sebuah catatan)

Salah satu peristiwa penting dalam bulan Ramadhan adalah turunnya Al-Qur'an untuk pertama kali. Secara keseluruhan para ulama sepakat bahwa secara historis Al-Qur'an diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan tahun 610 M. Penggunaan tahun Masehi sebagai tahun turunnya al-Qur'an karena kalender Hijriah pada saat itu belum ditemukan.

Peristiwa Nuzulul Qur'an menjadi peristiwa yang masyhur di kalangan umat Islam. Peristiwa ini menjadi salah satu bagian penting karena menjadi tonggak awal turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini melahirkan tradisi peringatan Nuzulul Qur'an di kalangan umat Islam setiap bulan Ramadhan, khususnya di Nusantara.

Biasanya pusat peringatan Nuzulul Qur'an dilaksanakan di Masjid. Beragam cara umat Islam memperingati peristiwa penting tersebut. Sebagian melaksanakannya secara meriah dengan mengadakan lomba untuk anak-anak sampai pemberian santunan kepada fakir miskin dan anak-anak terlantar. Ada pula yang memperingati Nuzulul Qur'an dengan cara yang sederhana.

Di masjid kampung saya peringatan Nuzulul Qur'an tahun ini dilaksanakan dengan cara sederhana. Kegiatannya dilaksanakan pada malam pertama di sepuluh terakhir bulan Ramadhan atau tanggal 21 Ramadhan 1445 H yang bertepatan dengan 31 Maret 2024. 

Peringatan Nuzulul Qur'an diisi dengan kegiatan ceramah yang disampaikan oleh seorang ulama yang dikenal sebagai Tuan Guru H. Sukarnawadi, LC. Beliau berasal dari di desa setempat. Kehadiran beliau juga ditemani beberapa pengurus sebuah organisasi (Pengurus Cabang NWDI Kecamatan Terara, Lombok Timur) untuk melakukan safari Ramadhan sebagai salah satu agenda rutin setiap Ramadhan.

Materi ceramah yang disampaikan Tuan Guru sangat relevan dengan peringatan Nuzulul Qur'an. Berdasarkan hasil catatan materi ceramah, artikel ini akan mengulas tentang sejarah penyusunan al-Qur'an sebagai mushaf atau proses pembukuan al-Qur'an.

Tuan Guru mulai materi ceramah dengan periodisasi turunnya al-Qur'an, Beliau menyampaikan, para ulama sepakat bahwa Al-Qur'an diturunkan dalam dua periode, yaitu, 1) periode sebelum hijrah (Makiyah) dan 2) sesudah hijrah (Madaniyah). 

Periode sebelum hijrah merupakan periode turunnya al-Qur'an saat Rasulullah SAW masih menetap di Makkah atau sebelum beliau memutuskan untuk berhijrah ke Madinah. Oleh karena al-Qur'an yang diturunkan atau diwahyukan sebelum hijrah disebut pula sebagai "makiyah" atau ayat al-Qur'an yang diturunkan di Makkah.

Sedangkan periode setelah hijrah merupakan ayat-ayat al-Qur'an yang diturunkan setelah rasulullah pindah atau hijrah ke Madinah sehingga disebut juga ayat-ayat "madaniyah". Ada pula ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan setelah hijrah tetapi setelah Rasulullah kembali ke Makkah. Para Ulama sepakat bahwa ayat ini termasuk dalam kategori madaniyah.

Al-Qur'an pada masa Rasulullah tidak tersusun seperti yang dibaca umat Islam saat ini. Pada masa itu al-Qur'an ditulis pada media berupa pelepah kurma, batu, atau tulang-tulang unta. Setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu atau ayat al-Qur'an, beliau memerintahkan untuk menulisnya pada salah satu dari media tersebut.

Salah seorang sahabat yang dikenal sebagai sekretaris pribadi Rasulullah SAW adalah Zaid bin Tsabit. Beliau merupakan sahabat yang dipercaya untuk menuliskan setiap ayat-ayat al-Qur'an yang diterima Rasulullah.

Semua ulama berpendapat bahwa al-Qur'an diturunkan tidak sekaligus tetapi memerlukan waktu yang cukup panjang. Tuan guru menjelaskan bahwa pendapat tentang waktu yang dibutuhkan dalam proses turunnya al-Qur'an di kalangan ulama bervariasi. Ada yang berpendapat bahwa ayat-ayat al-Qur'an diturunkan selama 24 tahun. Sebagian lagi berkesimpulan, Rasulullah SAW menerima wahyu Al-Qur'an selama 23 tahun. Kelompok terakhir menegaskan proses pewahyuan al-Qur'an terjadi dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, al-Qur'an tetap terjaga karena banyak sahabat yang menghafal a-Qur'an. Namun dalam perkembangannya banyak di antara para sahabat itu tewas dalam peperangan. Menurut Tuan Guru peperangan itu dipicu oleh banyaknya orang-orang yang mengaku sebagai Nabi setelah Nabi Muhammad. 

Salah seorang yang mengaku sebagai nabi saat itu adalah Musailamah al-Kazzab. Dia mencoba mengkampanyekan ajaran sesat, bertentangan dengan ajaran yang disebarkan Nabi Muhammad SAW, seperti tidak wajib shalat atau boleh tidak bayar zakat. Musailamah bahkan memberikan kebebasan untuk mengkonsumsi minuman keras sampai berhubungan badan dengan yang bukan mahram. Dia juga menyebut dirinya sebagai utusan Allah setelah Nabi SAW.

Hal itulah yang membuat Abu Bakar menelurkan salah satu ijtihad, "Siapapun yang menolak membayar zakat akan diperangi". Ini menjadi salah satu ijtihad yang mendorong para sahabat yang masih memegang teguh keimanan terhadap ajaran Rasuslullah SAW berangkat ke medan perang untuk membasmi ajaran Musailamah.

Peperangan itu mengakibatkan banyak sahabat yang menghafal al-Qur'an tewas di medan pertempuran. Pendapat yang cukup kuat menyebutkan bahwa perang itu mengakibatkan sekitar 100 orang sahabat penghafal al-Qur'an tewas.

Melihat banyaknya sahabat penghafal al-Qur'an yang meninggal, Umar Bin Khattab mengajukan gagasan kepada Abu Bakar agar al-Qur'an disusun atau ditata untuk menjaga kemurniannya.

Pada awalnya Abu Bakar tidak setuju dengan gagasan Umar Bin Khattab. Abu Bakar beralasan bahwa gagasan Umar Bin Khattab tidak pernah dilakukan dan diajarkan saat Rasulullah SAW saat masih hidup. Namun Umar memiliki argumen sendiri bahwa pembukuan al-Qur'an merupakan salah satu cara paling efektif untuk menjaga kemurnian al-Qur'an.

Setelah melakukan diskusi yang cukup panjang akhirnya Abu Bakar menerima gagasan Umar Bin Khattab untuk menyusun atau membukukan al-Qur'an.

Atas dasar kesepakatan dengan Umar Ibnu Khattab, Abu Bakar kemudian menghubungi Zaid Bin Tsabit untuk menyampaikan rencananya. Namun, ternyata Zaid Bin Tsabit memiliki sikap yang sama dengan sikap awal Abu Bakar. Sekretaris pribadi Nabi SAW ini tidak berani melakukan hal-hal yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, salah satunya membukukan al-Qur'an.

"Aku sanggup meruntuhkan gunung Uhud tetapi memintaku untuk melakukan hal yang tidak dicontohkan Nabi SAW aku tidak cukup memiliki keberanian," 

Demikian kurang lebih kata Zaid bin Tsabit kepada Abu Bakar mengekspresikan ketidaksanggupannya. (Dikutip dari Ceramah Tuan Guru)

Sebagaimana Umar meyakinkan dirinya, Abu Bakar berusaha meyakinkan Zaid Bin Tsabit bahwa upaya untuk membukukan al-Qur'an tidak melanggar ketentuan Nabi SAW. Dengan berbagai argumen Abu Bakar terus menanamkan keyakinan kepada Zaid bin Tsabit bahwa langkah ini merupakan langkah efektif untuk menyelamatkan Al-Qur'an dari upaya-upaya jahat sekelompok orang tertentu yang ingin merusak kemurnian Al-Qur'an.

Akhirnya Zaid Bin Tsabit luluh. Setelah mendengar alasan logis dari Abu Bakar, sahabat kepercayaan Nabi SAW itu bersedia pemenuhi permintaan Abu Bakar untuk menata dan menyusun al-Qur'an.

Langkah awal yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan sumber-sumber tulisan yang terserak pada pelepah kurma, batu, tulang-tulang unta, dan berbagai media lainnya pada saat itu. Langkah lainnya adalah mengumpulkan para sahabat penghafal al-Qur'an yang masih hidup. Mereka kemudian melakukan analisis secara akurat, memeriksa, dan menyusun ayat atau surat menjadi satu kesatuan antara satu dengan yang lain. Bisa dibayangkan betapa rumitnya proses kerja yang mereka lakukan.

Akhirnya kerja keras Zaid Bin Tsabit bersama timnya pun menyusun Al-Qur'an dapat dirampungkan menjadi sebuah mushaf. Hasilnya kemudian diserahkan kepada Abu Bakar untuk disimpan sampai khalifah pertama itu wafat. Pasca wafatnya Abu Bakar terjadi pergantian khalifah yang disertai dengan berpindahnya mushaf ke tangan khalifah yang baru, Umar Bin Khattab sebagai khalifah penerusnya. Setelah wafatnya Umar, mushaf dipegang oleh putri Umar Bin Khattab, Hafsah, yang juga istri Nabi Muhammad SAW.

Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, muncul sejumlah variasi dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at). Menurut penjelasan Tuan Guru, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan dialek antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Beliau mencontohkan salah satu surat dalam al-Fatihah yang berbunyi "Ghairil Magdhu bi alaihim...". Pada dialek suku tertentu di jazirah Arab diucapkan menjadi "Ghairil maghdu bi alaihum..."

Kondisi ini membuat Khalifah Utsman khawatir dengan perbedaan tersebut. Kecintaan umat Islam terhadap al-Qur'an dikhawatirkan menciptakan konflik berkepanjangan. Sebagai langkah antisipasi, Khalifah Utsman mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar. Utsman membuat salinan mushaf dari Hafsah yang ditulis kembali menggunakan sebuah jenis penulisan yang baku. Misalnya, mushaf awal yang dikumpulkan Abu Bakar tidak memiliki tanda baca, pada masa Utsman mengalami penyempurnaan sebagai al-Qur'an yang kita kenal sekarang ini sebagai Mushaf Utsmani.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa penulisan Alquran pada masa Abu Bakar disebabkan oleh banyaknya penghafal Al-Qur'an yang meninggal dunia dalam peperangan sebagaimana diuraikan. Sedangkan penulisan kembali pada masa Utsman disebabkan terjadinya metode perbedaan dalam membaca Al-Qur'an atau variasi qira'at. Perbedaan ini disebabkan beragamnya dialek penutur bahasa Arab.

Demikian sekilas histori pembukuan Al-Qur'an yang begitu panjang dan berbelit-belit. Melalui kecerdasan, ketekunan, dan ketelitian para sahabat, Allah SWT membuktikan bahwa keaslian Al-Qur'an tetap terjaga hingga saat ini.

Sumber NU Online
Sumber NU Online

Lombok Timur, 01 April 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun