Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Peringatan Nuzulul Qur'an (Catatan Singkat Sejarah Pembukuan Al-Qur'an)

1 April 2024   07:52 Diperbarui: 2 April 2024   23:19 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikian kurang lebih kata Zaid bin Tsabit kepada Abu Bakar mengekspresikan ketidaksanggupannya. (Dikutip dari Ceramah Tuan Guru)

Sebagaimana Umar meyakinkan dirinya, Abu Bakar berusaha meyakinkan Zaid Bin Tsabit bahwa upaya untuk membukukan al-Qur'an tidak melanggar ketentuan Nabi SAW. Dengan berbagai argumen Abu Bakar terus menanamkan keyakinan kepada Zaid bin Tsabit bahwa langkah ini merupakan langkah efektif untuk menyelamatkan Al-Qur'an dari upaya-upaya jahat sekelompok orang tertentu yang ingin merusak kemurnian Al-Qur'an.

Akhirnya Zaid Bin Tsabit luluh. Setelah mendengar alasan logis dari Abu Bakar, sahabat kepercayaan Nabi SAW itu bersedia pemenuhi permintaan Abu Bakar untuk menata dan menyusun al-Qur'an.

Langkah awal yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan sumber-sumber tulisan yang terserak pada pelepah kurma, batu, tulang-tulang unta, dan berbagai media lainnya pada saat itu. Langkah lainnya adalah mengumpulkan para sahabat penghafal al-Qur'an yang masih hidup. Mereka kemudian melakukan analisis secara akurat, memeriksa, dan menyusun ayat atau surat menjadi satu kesatuan antara satu dengan yang lain. Bisa dibayangkan betapa rumitnya proses kerja yang mereka lakukan.

Akhirnya kerja keras Zaid Bin Tsabit bersama timnya pun menyusun Al-Qur'an dapat dirampungkan menjadi sebuah mushaf. Hasilnya kemudian diserahkan kepada Abu Bakar untuk disimpan sampai khalifah pertama itu wafat. Pasca wafatnya Abu Bakar terjadi pergantian khalifah yang disertai dengan berpindahnya mushaf ke tangan khalifah yang baru, Umar Bin Khattab sebagai khalifah penerusnya. Setelah wafatnya Umar, mushaf dipegang oleh putri Umar Bin Khattab, Hafsah, yang juga istri Nabi Muhammad SAW.

Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, muncul sejumlah variasi dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at). Menurut penjelasan Tuan Guru, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan dialek antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Beliau mencontohkan salah satu surat dalam al-Fatihah yang berbunyi "Ghairil Magdhu bi alaihim...". Pada dialek suku tertentu di jazirah Arab diucapkan menjadi "Ghairil maghdu bi alaihum..."

Kondisi ini membuat Khalifah Utsman khawatir dengan perbedaan tersebut. Kecintaan umat Islam terhadap al-Qur'an dikhawatirkan menciptakan konflik berkepanjangan. Sebagai langkah antisipasi, Khalifah Utsman mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar. Utsman membuat salinan mushaf dari Hafsah yang ditulis kembali menggunakan sebuah jenis penulisan yang baku. Misalnya, mushaf awal yang dikumpulkan Abu Bakar tidak memiliki tanda baca, pada masa Utsman mengalami penyempurnaan sebagai al-Qur'an yang kita kenal sekarang ini sebagai Mushaf Utsmani.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa penulisan Alquran pada masa Abu Bakar disebabkan oleh banyaknya penghafal Al-Qur'an yang meninggal dunia dalam peperangan sebagaimana diuraikan. Sedangkan penulisan kembali pada masa Utsman disebabkan terjadinya metode perbedaan dalam membaca Al-Qur'an atau variasi qira'at. Perbedaan ini disebabkan beragamnya dialek penutur bahasa Arab.

Demikian sekilas histori pembukuan Al-Qur'an yang begitu panjang dan berbelit-belit. Melalui kecerdasan, ketekunan, dan ketelitian para sahabat, Allah SWT membuktikan bahwa keaslian Al-Qur'an tetap terjaga hingga saat ini.

Sumber NU Online
Sumber NU Online

Lombok Timur, 01 April 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun