Mohon tunggu...
𝔜𝔞𝔪𝔦𝔫 𝔐𝔬𝔥𝔞𝔪𝔞𝔡
𝔜𝔞𝔪𝔦𝔫 𝔐𝔬𝔥𝔞𝔪𝔞𝔡 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Yuk, Manfaatkan Media Pembelajaran dari Lingkungan Sekitar

10 Maret 2024   14:29 Diperbarui: 11 Maret 2024   10:16 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru memperhatikan pekerjaan anak didik dalam pembelajaran tatap muka (PTM) di SDN Klender 01, Jakarta Timur (KOMPAS/AGUS SUSANTO)

Pagi itu menjelang siang, suasana pembelajaran siswa kelas 1 di teras ruang guru masih tetap gaduh. Anak-anak usia SD itu terpaksa belajar di teras karena kondisi ruang kelas yang rusak berat. (Tentang kerusakan ruang kelas, selengkapnya baca di sini).

Proses belajar di kelas rendah memang gaduh tetapi itu merupakan bagian dari keceriaan anak-anak. Pada fase itu, mereka sebagian besar memang cenderung aktif. Membuat mereka tenang sepanjang proses pembelajaran jelas tidak mungkin. Guru hanya dapat melakukan upaya yang mendorong mereka terlibat dalam proses pembelajaran. Apakah saya terganggu?

Awalnya tentu saja saya merasa terganggu saat sedang berkonsentrasi menyelesaikan sesuatu. Namun saya berusaha menikmatinya. Saya mencoba membangun persepsi bahwa kegaduhan anak-anak itu adalah kidung yang memesona atau suara pembacaan bait-bait puisi yang dengan ritme yang mengagumkan.

Dalam kegaduhan itu, saya keluar untuk melepas penat setelah berjam-jam duduk menatap layar laptop. Tampak guru kelas 1 tengah melakukan bimbingan satu per satu kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami materi yang dipelajari. Beberapa siswa lain yang sudah selesai membuat tugas terlihat bergerak ke sana kemari. Dua orang siswa tampak sedang saling bercerita entah soal apa.

Tepat di depan pintu, seorang siswa sedang menulis tugas yang diberikan gurunya. Di sampingnya tergeletak sebuah kaleng plastik berisi biji asam. Sejumlah biji asam lainnya berserakan di lantai teras.

"Siapa yang bawa biji asam?" saya bertanya sambil menatap kaleng itu.

"Saya," kata siswa yang sedang menulis itu sambil mengangkat tangan dengan telunjuk yang berdiri tegak.

"Buat apa?"

"Buat itung-itungan, Pak."

"Pelajaran Matematika?"

"Iya."

Mendengar kata "itung-itungan" dapat dipastikan bahwa biji asam itu digunakan sebagai alat atau media belajar Matematika, tepatnya operasi hitung. Saya mengacungkan jempol kepada anak itu. Dia membalasnya dengan tersenyum.

Penggunaan biji asam sebagai alat bantu atau media untuk berhitung merupakan salah satu contoh penggunaan media pembelajaran dengan memanfaatkan sesuatu yang berada di lingkungan siswa.

Bagaimana guru menggunakan media dari lingkungan sekitar tentu memerlukan keterampilan untuk menghubungkan materi pelajaran dengan lingkungan sekitarnya.

Telaumbanua (2020) mengartikan media pembelajaran sebagai alat bantu atau sarana komunikasi untuk menyampaikan konsep yang diberikan oleh guru (dikutip dari fkip.umsu.ac.id). Media pembelajaran, dengan demikian, merupakan alat bantu yang dapat dijadikan jembatan oleh siswa menuju pemahaman tentang materi atau topik pelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran akan mengurangi proses pembelajaran verbal yang hanya mengandalkan sumber-sumber tekstual.

Penggunaan media dalam pembelajaran juga memiliki peran dalam mendukung proses pembelajaran kontekstual. Kehadiran media dalam pembelajaran sangat mungkin mengurangi pembelajaran yang bersifat hafalan yang hanya melibatkan aspek kognitif semata.

Satu hal yang penting dalam penggunaan media pembelajaran adalah pemilihan media seyogyanya memperhatikan relevansinya dengan materi pelajaran. 

Permasalahannya sebagian guru kadang kala terjebak dalam pemilihan alat atau media yang akan digunakan. Padahal lingkungan sekitar menyediakan sumber belajar yang begitu melimpah.

Oleh karena itu, penting bagi guru untuk meningkatkan kemampuan menganalisis dan menyiapkan kebutuhan belajar siswa dan materi pelajaran berdasarkan kondisi lingkungan jika mengacu kepada lingkungan sebagai media dan sumber belajar.

1. Mudah diperoleh dan biaya murah

Penggunaan biji asam sebagai alat bantu pembelajaran di atas merupakan contoh kecil bahwa media pembelajaran dengan memanfaat sumber daya lingkungan sekitar dapat disiapkan dengan mudah, biaya murah, bahkan, sering tanpa biaya.

Kadang kala proses pembelajaran terjebak oleh pikiran bahwa media pembelajaran harus dibeli di toko penyedia, mesti mahal dan terlihat modern. Padahal lingkungan belajar di lingkungan sekitar sangat melimpah dan mudah didapatkan. 

Media dari lingkungan dapat meliputi lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya

Satu hal yang jelas bahwa penggunaan media dari lingkungan sekitar tentu saja tetap tergantung pada materi yang akan dipelajari.

2. Menghubungkan siswa dengan lingkungan

Era digital saat ini telah membuat sekat yang begitu lebar antara anak-anak dan lingkungannya. Gadget di tangan anak-anak telah secara nsicaya mengalihkan perhatian mereka dari lingkungan sekitar. Mereka lebih mengenal dunia TikTok daripada alam realitas di mana mereka tumbuh dan berkembang.

Penggunaan media yang bersumber dari lingkungan peserta didik setidaknya dapat menjembatani hubungan peserta didik dengan lingkungan dan alam sekitar.

Dengan menggunakan sumber belajar dari lingkungan siswa diharapkan dapat menghargai lingkungan mereka dan menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.

3. Kontekstual dan relevan

Penggunaan media dan sumber pembelajaran yang berasal dari lingkungannya memungkinkan terwujudnya pembelajaran kontekstual. Siswa akan dapat menemukan relevansi antara metari pelajaran dengan lingkungan faktual mereka sehari-hari. 

Hal terpenting adalah bahwa peserta tidak saja belajar secara teori tetapi mereka memperoleh pengalaman belajar yang lebih komprehensif karena melibatkan pengalaman siswa terhadap realitas lingkungan sehari-hari.

Lombok Timur, 10 Maret 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun