Untuk mengajarkan topik ide pokok dan ide pendukung guru dapat mulai melakukan refleksi tentang kegiatan yang biasa dilakukan siswa dalam kesehariannya. Katakanlah semacam apersepsi. Tentang apersepsi selengkapnya dapat dibaca di sini.
Sebagai ilustrasi, guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa menceritakan kegiatan mereka sejak bangun pagi hingga berangkat ke sekolah.
Jika siswa mengalami kesulitan dalam bercerita, guru dapat menuntun mereka dengan pertanyaan pemantik yang berhubungan dengan kegiatan yang dimaksud.
"Jam berapa kalian bangun pagi?"
"Apa yang pertama kalian lakukan saat bangun pagi?"
"Ceritakan secara berurutan kegiatan yang kalian lakukan sejak bangun pagi sampai berangkat ke sekolah!"
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menggiring siswa untuk berfikir dan menceritakan tentang kegiatan mereka sebelum berangkat ke sekolah. Dari sini guru dapat mengkonstruksi pemahaman mereka bahwa gagasan pokok dari pertanyaan tersebut adalah "Kegiatan sebelum berangkat ke sekolah."
Cerita mereka tentu akan bervariasi sesuai dengan pengalaman masing-masing. Rentetan kegiatan yang mereka ceritakan merupakan ide pendukung yang berfungsi sebagai penjelasan dari ide pokok.
Metode lainnya, pembelajaran dapat menggunakan metode pengamatan terhadap sebuah obyek (barang, situasi, dan sebagainya). Guru dapat menugaskan siswa secara berkelompok untuk mengamati benda-benda yang berbeda di dalam kelas atau di luar ruang.
Di dalam kelas siswa dapat melakukan pengamatan terhadap bangku meja yang ada. Aspek pengamatan dapat berkaitan dengan "fungsi bangku meja" atau "bahan-bahan pembuatan bangku meja".
Di luar kelas, siswa lainnya dapat mengamati aspek "ciri-ciri pohon mangga" atau aspek "manfaat pohon mangga".
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut guru dapat menggiring pemahaman siswa tentang ide pokok. Setiap aspek pengamatan merupakan ide pokok. Sedangkan rincian hasil pengamatan merupakan ide pendukung.
Pembelajaran kurang menekankan keterampilan berkomunikasi
Pertama kita harus sepakat bahwa pembelajaran bahasa berorientasi kepada keterampilan berbahasa atau keterampilan berkomunikasi, termasuk pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam kurikulum merdeka aspek keterampilan berbahasa dikenal dengan keterampilan literasi, meliputi, 1) mendengar dan memirsa, 2) berbicara dan mempresentasikan, 3) membaca, dan 4) menulis.
Apa yang terjadi dalam proses pembelajaran sejauh ini sering berkutat pada aspek pengetahuan bahasa atau sesuatu yang bersifat teoritis. Siswa cenderung diajarkan tentang tata bahasa, struktur kata (morfologi) struktur kalimat (sintaksis), paragraf, dan aspek kebahasaan lainnya.