"Menyanyi itu melepaskan beban," katanya memberikan alasan.
Kadang-kadang saya merasa risih mendengar warna suaranya yang tidak sedap. Suara itu berpadu dengan bunyi sound system yang sember dan pecah. Namun, saya berusaha bersikap toleransi agar dia bisa menikmati hidupnya. Sikap ini ternyata mampu meredam suara tidak sedapnya.
Orang-orang sekitar sebagian memandang Endi sebagai orang yang terlalu santai. Dia dianggap tidak peduli dengan masa depannya sendiri. Sebagian lagi bahkan melihat Endi sebagai pemalas. Tidak suka bekerja keras. Cukup dengan menunggu honor dari penjaga dan bayaran servis kipas yang kadang-kadang.
“Kalau semua orang seperti dia, bangsa ini tidak akan maju,” kata seorang pekerja keras kepada saya suatu saat. "Mana bisa berkembang hanya dengan servis kipas dan nyanyi?"
Pagi ini saya menemukannya tengah memasang sebuah dinamo penggerak pada sebuah kipas angin. Dia tampak sumringah karena berhasil memasangnya. Senyumnya akan lebih lebar lagi jika melihat kipas itu berputar.
Bagi saya Endi adalah orang yang paling bahagia. Dia menikmati hidup dengan caranya sendiri. Kebahagiaannya adalah ketika berhasil membuat kipas berputar sempurna dan berdendang riang dengan iringan musik YouTube.
"Bahagia itu tidak ditentukan orang lain."
Lombok Timur, 04 Juli 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H