Saat sebuah pilihan keputusan tidak berhasil mengatasi permasalahan atau tidak berhasil mencapai tujuan, coachy harus berfikir kreatif untuk menentukan pilihan keputusan lain yang dipandang tepat. Coachee, dalam hal ini sekolah, tidak berdiri sendiri tetapi terikat dalam sebuah tim. Ada sejumlah individu dalam tim yang dapat memberikan sumbangan pikiran atau ide dalam setiap tindakan.
Sekilas pola di atas menunjukkan kesan bahwa coaching merupakan aktivitas mencari sesuatu dalam kekelaman, sebuah proses dimana setiap tindakan yang diambil tidak lebih dari upaya coba-coba. Kesan ini tentu saja keliru. Proses coaching merupakan proses berfikir kritis, melatih ketajaman intuisi, mengasah kepekaan rasa, dan keberanian mengambil resiko. Inilah inti kemerdekaan berfikir yang diterapkan di sekolah penggerak.
Pokja Manajemen Operasional (PMO)
Secara umum, PMO atau Project Management Office (dalam lidah warga +62 disebut Pokja Manajemen Operasional) adalah sebuah satuan dalam organisasi yang menentukan dan menjaga standar dalam manajemen proyek dalam organisasi tersebut. Mereka memastikan para implementer dan pengambil keputusan terus berjalan dengan konsisten menuju tujuan dan target organisasi.
PMO memiliki sebuah entiti yang ditugaskan beberapa tanggung jawab yang berhubungan dengan fungsi koordinasi dan manajemen terhadap proyek-proyek/program yang terdapat di dalam sebuah organisasi.
Dalam konteks Program Sekolah Penggerak, PMO diadaptasi sebagai salah satu solusi perencanaan dan pelaksanaan program sekolah. PMO sekolah penggerak mengambil bentuk secara berjenjang--level sekolah, level daerah, sampai level pusat.
Peran setiap level secara umum memiliki kesamaan dengan tujuan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program kegiatan terutama agar isu/masalah dapat diselesaikan dan risiko dapat dimitigasi.
Pada tingkat satuan pendidikan, sekolah memiliki kewajiban menganalisis permasalahan dan membuat perencanaan berbasis data. Perencanaan itu lalu diejawantahkan dalam pelaksanaan kegiatan. Hasil kegiatan kemudian dievaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
Secara umum, inilah siklus pelaksanaan PMO. Ketika sekolah tidak mampu menyelesaikan sebuah masalah, tim PMO pada level di atasnya memiliki kewenangan dan kewajiban untuk melakukan intervensi. Demikian seterusnya sampai permasalahan di sekolah itu benar-benar dapat terselesaikan.
Lombok Timur, 22 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H