Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Festival Bau Nyale, Tradisi Menangkap dan Menyantap Putri Mandalika

5 Februari 2023   23:50 Diperbarui: 9 Februari 2023   08:32 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi bau nyale adalah tradisi menangkap cacing laut, yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika, seorang putri cantik yang menceburkan dirinya ke laut lepas, karena tak menginginkan pertempuran antar pangeran yang memperebutkan dirinya.(KOMPAS.com/Fitri)

Para tetua menggunakan perhitungan penanggalan tradisional Sasak (pranata mangsa) yang jatuh pada tanggal 20 bulan 10 atau tepat 5 hari setelah bulan purnama.

Penentuan waktu bau nyale juga menggunakan tanda-tanda alam berupa munculnya bintang rowot (gugusan bintang yang terdiri dari tujuh bintang yang saling berdekatan yang terbit di sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat.

Tradisi bau nyale dilakukan setiap setahun. Lokasi ritual bau nyale dilakukan di sepanjang pantai selatan Lombok, seperti Pantai Seger Kuta Lombok, Tanjung Aan, Kaliantan, dan pantai selatan lainnya.

Saya sendiri, walaupun sebagai orang Lombok, belum pernah sama sekali mengikuti ritual tersebut. Tetapi berdasarkan cerita tetangga yang selalu hadir di lokasi bau nyale, ribuan orang tumpah ruah memenuhi pantai untuk menangkap nyale sejak sore hingga pagi. Puncak ritualnya menjelang fajar, mulai pukul 04.00 sampai 06.00 waktu setempat.

Tradisi bau nyale berawal dari sebuah legenda seorang putri raja bernama Putri Mandalika. Sang Putri terkenal karena kecantikan dan kepribadiannya yang sangat luhur.

Kepribadian itulah yang membuat banyak pangeran memperebutkan sang Putri. Banyak pangeran datang meminangnya untuk dipersunting sebagai permaisuri. Sang Ayah menyerahkan keputusannya kepada Putri Mandalika.

Karena banyak pangeran yang menginginkannya sebagai permaisuri, Putri merasa khawatir akan terjadi pertumpahan darah jika memilih salah satu dari pangeran tersebut. Maka Putri memilih ingin menjadi milik semua orang.

Untuk menghindari konflik antar kerajaan, Putri Mandalika akhirnya memutuskan untuk mengambil jalan tengah. Dia mengorbankan dirinya dengan terjun ke laut. 

Menyaksikan tindakan putri tersebut penduduk berupaya memberikan pertolongan. Sayang Putri Mandalika terlanjur ditelan gelombang Samudera Hindia (samudera yang langsung berhadapan dengan pesisir selatan pulau Lombok).

Saat berupaya memberikan pertolongan penduduk menemukan keanehan dengan munculnya cacing laut atau nyale

Kemunculan nyale itu diyakini sebagai penjelmaan sang Putri. Penduduk pun menagmbil atau menangkap cacing-cacing itu dan memakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun