Banyak orang memiliki kebiasaan buruk seperti itu kemudian secara tergesa-gesa menyelesaikannya ketika batas waktunya sudah di ambang pintu. Saat deadline makin dekat barulah tumpukan pekerjaan itu mulai ditangani.
Bagaimana Mengatasi Prokrastinasi?
Pengalaman di atas membuat saya berpikir cara mengatasi prokrastinasi. Saya memang belum melakukannya tetapi berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi atas pengalaman tadi, beberapa hal yang patut dilakukan adalah sebagai berikut.
Membuat deadline semu
Dalam menghadapi sebuah pekerjaan saya sering mengabaikan target waktu. Saya menjadi sadar bahwa saya memerlukan deadline fiktif--sebuah regulasi yang dibuat sendiri untuk menentukan batas terakhir dalam penyelesaian sebuah tugas.
Jika deadline sesungguhnya tersisa beberapa bulan lagi, deadline fiktif itu saya harapkan dapat membuat semacam tekanan internal agar pekerjaan itu dapat selesai dalam beberapa hari ke depan.
Deadline fiktif ini tentu dapat dilakukan dalam waktu senggang. Deadline palsu akan membuat seseorang belajar menghargai waktu dan berlatih membangun komitmen dalam bekerja.
Luangkan waktu sedikit tetapi lakukan secara rutin
Ketika saya menganggap pekerjaan itu rumit dan membosankan, saya memilih tidak menyentuhnya dalam waktu lama. Kesadaran saya tersentak ketika pekerjaan itu belum selesai ketika batas waktunya semakin dekat.
Kebiasaan ini membuat saya kehilangan alur untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Di sinilah kesulitan itu muncul. Saya harus mulai dari awal menganalisis pekerjaan dan mengidentifikasi bagian yang belum selesai.
Saya berasumsi, seberat apapun tingkat kerumitan sebuah pekerjaan, harus tetap "disambangi" agar tidak kehilangan alurnya. Pada kondisi tertentu menunda pekerjaan memang tidak dapat dihindari.
Namun, sebaiknya penundaan itu tidak dilakukan berlarut-larut. Luangkan waktu sedikit saja tetapi lakukan secara rutin.
Mengurangi/menghindari pengalih perhatian
Setiap pekerjaan selalu berpotensi mengalami kendala oleh pengalih perhatian. Dalam realitas sosial pengalih perhatian itu bisa disebabkan oleh interaksi seseorang dengan orang lain.