Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Embung Kandong, Cekungan Kecil Jantung Para Petani

4 November 2022   08:35 Diperbarui: 10 November 2022   17:06 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Enam kali seminggu paling tidak saya hanya bepergian melintas di jalan yang sama dari rumah ke sekolah. (dokpri)

Apa yang bisa saya ceritakan di Kompasiana tentang kehidupan dan belahan bumi lain? Tidak ada. Setiap hari saya hanya menempuh perjalanan sejauh 2 km dari rumah ke sekolah. Setiap hari saya hanya melewati jalan aspal yang mulai koyak. Saya hanya bisa melintas jalanan yang tergerus limpahan air hujan sehingga yang tersisa hanya hamparan kerikil kecil.

Saban pagi saya berpapasan dengan keramahan warga kampung, melihat para petani bertebaran di hamparan persawahan. Sehari-hari saya berhadapan dengan wajah-wajah yang menjalani kehidupan kampung dengan tenang, atau kumpulan ibu-ibu pemburu kutu sembari berbagi cerita tentang beras yang mulai menipis, nasi yang gosong karena ditinggal mencuci, atau ikan laut yang ludes dimakan kucing tetangga.

Enam kali seminggu paling tidak saya hanya bepergian melintas di jalan yang sama dari rumah ke sekolah. Sepanjang sekitar 150 m menuju sekolah jalan itu juga sekaligus merupakan tanggul sebuah embung (cekungan tanah) yang dikenal dengan nama Embung Kandong.

Nama cekungan itu kemudian disematkan pada desa hasil pemekaran yang dikenal dengan Desa Embung Kandong, Kecamatan Terara, Kabupaten Lombok Timur, NTB. Desa ini merupakan desa pemekaran dari Desa Rarang Selatan.

Lokasi Embung Kandong berdampingan dengan kantor desa dan lapangan desa di sebelah Utara, kampung Kembun di sebelah barat, jalan jurusan Rarang-Lombok Tengah di sebelah timur, dan kampung Wisa di sebelah selatan.

dokpri
dokpri

Embung dalam bahasa Sasak berarti kolam raksasa, semacam cekungan penampung yang berfungsi untuk mensuplai dan mengatur aliran air hujan. Embung memiliki fungsi utama sebagai sumber pengairan tanah pertanian, untuk menjaga kualitas air tanah, mencegah banjir, hingga estetika.

Embung Kandong dibangun pada era pemerintahan Soeharto, sekitar tahun 80-an. Saya ingat saat itu pembangunan menggunakan alat berat seperti buldozer. Pada zamannya alat berat merupakan peralatan yang asing dan menakjubkan. Kehadirannya menjadi semacam tontonan yang menarik.

Banyak warga sekitar dan warga luar desa datang hanya untuk menonton bagaimana alat-alat berat itu bekerja mengeruk tanah, menggali batu, dan memindahkannya dengan mudah dari satu titik ke titik lain. Anak-anak, remaja, dan orang tua datang berbondong-bondong seolah mendapatkan hiburan baru dan gratis.

dokpri
dokpri

Irigasi Pertanian

Embung Kandong merupakan jantung pertanian masyarakat di sekitarnya. Manfaat embung ini sangat penting terutama saat musim kemarau.

Embung ini menjadi satu-satunya sumber pengairan, tempat bersandar para petani di sekitarnya saat musim panas. Itupun jika tidak terjadi kemarau panjang sebab bisa mengering jika hujan tidak turun dalam waktu lama. Tidak ada sumber irigasi lain selain Embung Kandong.

Embung yang berada di daerah tadah hujan tersebut menerima suplai satu-satunya dari curahan air hujan. Hal ini membuat air mencapai ketinggian maksimal hanya pada musim hujan. Sebaliknya jika kemarau airnya akan surut bahkan embung bisa mengering.

Embung Kandong dengan luas sekitar 16 hektar memiliki fungsi utama sebagai sarana irigasi pertanian. Saya tidak tahu persis jangkauan luas lahan penerima manfaatnya.

Namun, setahu saya cukup banyak petani penerima manfaat Embung Kandong. Jangkauan lahan persawahan yang dapat dilayani tidak saja di desa Embung Kandong tetapi juga menjangkau sebagian lahan di desa lain yang terdekat.

Sumber Perikanan

Embung Kandong tidak saja memberikan manfaat sebagai sarana irigasi pertanian tetapi juga menyediakan sumber daya ikan. Saat Embung Kandong tergenang air, setiap hari akan tampak sejumlah warga berderet di pinggir Embung sambil termangu menatap pelampung joran pada permukaan air. 

Satu dua orang lainnya tampak terendam sebatas pinggang pada dasar embung yang dangkal. Mereka memegang jaring yang dirancang khusus untuk menangkap ikan yang disebut "nganco".

Ini sebenarnya teknik menangkap ikan menggunakan jaring dengan ukuran sisi sekitar 1 sampai 1,5 m yang telah dirancang khusus. Ujung jaring diikatkan pada bilah bambu yang disilang. Bambu itu kemudian dipasangi tangkai yang berguna untuk menurunkan dan menaikkan jaring. 

Ikan dalam embung itu mungkin tidak banyak tetapi warga telah mendapatkan manfaatnya. Berapapun hasil ikan yang diperoleh embung kecil itu telah menyediakan sumber penghasilan dan memberikan manfaat bagi warga sekitar.

Tempat Bermain, Olahraga, dan Pecatu

Di embung ini pula anak-anak menghabiskan waktu bermainnya. Sepulang sekolah atau sore hari terlihat anak-anak telanjang terjun secara bergiliran dari pintu air embung setinggi sekitar 5-7 meter.

Sebelum desa memiliki lapangan, pada musim panas, jika embung mengering, anak-anak dan warga memanfaatkannya untuk main bola atau lokasi peresean (olahraga ekstrim baku pukul dengan senjata rotan).

Saat musim kemarau tiba permukaan air akan surut. Jika kemarau panjang seringkali embung tidak tergenang air dan mengering. Kondisi ini dimanfaatkan masyarakat untuk bertani berbagai jenis tanaman yang tidak memerlukan air dalam jumlah banyak. Pemerintah desa setempat menjadikan lahan embung itu sebagai pecatu. 

Istilah pecatu dalam bahasa Sasak mengacu pada lahan pertanian yang diberikan kepada pegawai kantor desa atau kelurahan untuk digarap sebagai bentuk kompensasi atau imbalan selama mengabdikan diri sebagai pegawai. Saat penerima pecatu purna tugas, lahan itu dikembalikan kepada pemerintah desa untuk diberikan dan digarap pegawai lainnya. Demikian seterusnya.

Genangan Embung yang ditanami (Pecatu)
Genangan Embung yang ditanami (Pecatu)

Tempat Bersantai

Pemerintah desa juga menyediakan area bersantai pada salah satu sisi tanggul embung. Area itu dilengkapi dengan sebuah saung bambu yang sengaja dibangun sebagai tempat melepas penat para pelintas atau tempat kongkow warga. Di sekitar saung, di bawah rindang pohon mangga disediakan tempat duduk dari ban bekas yang ditanam setengahnya. 

Saung/Area bersantai (dokpri)
Saung/Area bersantai (dokpri)

Sayang area itu sekarang kurang terawat. Sebagian besar area sudah dikuasai rumput liar. Saung sudah mulai ringkih.

Bilah bambu yang menyusun saung memisahkan diri satu per satu. Sandarannya yang tampak tanggal menegaskan bahwa saung itu sedang mempercepat langkahnya menuju titik paling ringkih, secepat anak-anak yang terjun dari ketinggian pintu air atau secepat air mengalir saat pintu air embung dibuka.

"Dan yang terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak di jaga lagi," kata AA Navis dalam cerpen Robohnya Surau Kami.

Lombok Timur, 04/11/2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun