Embung Kandong merupakan jantung pertanian masyarakat di sekitarnya. Manfaat embung ini sangat penting terutama saat musim kemarau.
Embung ini menjadi satu-satunya sumber pengairan, tempat bersandar para petani di sekitarnya saat musim panas. Itupun jika tidak terjadi kemarau panjang sebab bisa mengering jika hujan tidak turun dalam waktu lama. Tidak ada sumber irigasi lain selain Embung Kandong.
Embung yang berada di daerah tadah hujan tersebut menerima suplai satu-satunya dari curahan air hujan. Hal ini membuat air mencapai ketinggian maksimal hanya pada musim hujan. Sebaliknya jika kemarau airnya akan surut bahkan embung bisa mengering.
Embung Kandong dengan luas sekitar 16 hektar memiliki fungsi utama sebagai sarana irigasi pertanian. Saya tidak tahu persis jangkauan luas lahan penerima manfaatnya.
Namun, setahu saya cukup banyak petani penerima manfaat Embung Kandong. Jangkauan lahan persawahan yang dapat dilayani tidak saja di desa Embung Kandong tetapi juga menjangkau sebagian lahan di desa lain yang terdekat.
Sumber Perikanan
Embung Kandong tidak saja memberikan manfaat sebagai sarana irigasi pertanian tetapi juga menyediakan sumber daya ikan. Saat Embung Kandong tergenang air, setiap hari akan tampak sejumlah warga berderet di pinggir Embung sambil termangu menatap pelampung joran pada permukaan air.
Satu dua orang lainnya tampak terendam sebatas pinggang pada dasar embung yang dangkal. Mereka memegang jaring yang dirancang khusus untuk menangkap ikan yang disebut "nganco".
Ini sebenarnya teknik menangkap ikan menggunakan jaring dengan ukuran sisi sekitar 1 sampai 1,5 m yang telah dirancang khusus. Ujung jaring diikatkan pada bilah bambu yang disilang. Bambu itu kemudian dipasangi tangkai yang berguna untuk menurunkan dan menaikkan jaring.
Ikan dalam embung itu mungkin tidak banyak tetapi warga telah mendapatkan manfaatnya. Berapapun hasil ikan yang diperoleh embung kecil itu telah menyediakan sumber penghasilan dan memberikan manfaat bagi warga sekitar.
Tempat Bermain, Olahraga, dan Pecatu
Di embung ini pula anak-anak menghabiskan waktu bermainnya. Sepulang sekolah atau sore hari terlihat anak-anak telanjang terjun secara bergiliran dari pintu air embung setinggi sekitar 5-7 meter.
Sebelum desa memiliki lapangan, pada musim panas, jika embung mengering, anak-anak dan warga memanfaatkannya untuk main bola atau lokasi peresean (olahraga ekstrim baku pukul dengan senjata rotan).