Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Begawe; Tradisi Gotong Royong, Parang, dan Tembakau dalam Masyarakat Sasak

3 Juli 2022   23:00 Diperbarui: 3 Juli 2022   23:08 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam bahasa Sasak dua jenis makanan itu disebut ares. Ares pada dasarnya merupakan makanan yang bahan dasarnya batang pisang yang masih muda. Batang pisang itu diiris tipis-tipis setebal setengah sampai satu cm. Jika batang pisang sedang langka diganti dengan nangka muda. Begawe tidak akan lengkap rasanya tanpa masakan ares.

Setahu saya jenis bumbu yang digunakan untuk memasak ares itu sama. Keduanya merupakan makanan bersantan yang dilengkapi dengan cabai, bawang merah, kemiri, merica bawang putih, kunyit, dan lengkuas. Tentu saja digenapkan dengan garam sesuai takaran.

Juru masak dalam acara hajatan biasanya dilakukan oleh seorang masterchef ala kampung yang memang memiliki pengalaman memasak ares.

Warga yang datang untuk membantu biasanya membawa parang atau pisau. Mereka yang datang dengan perkakas pemotong yang tumpul akan jadi olok-olokan. Apalagi kalau datang dengan tangan kosong tanpa perkakas. Kedatangannya terkesan hanya untuk melihat-lihat saja.

Hal lain yang menarik dalam acara hajatan seperti itu adalah pamer parang atau pisau. Menjadi kebanggaan laki-laki kalau datang dengan parang yang tajam, bentuk yang bagus, dengan bahan besi baja yang berkualitas. Maka jika datang ke tempat begawe, biasanya para laki-laki datang dengan koleksi parang atau pisau yang paling bagus.

Saat bekerja mereka akan bercerita tentang asal usul parang dan pisau yang dibawa masing-masing, sejak kapan dimiliki, sudah berapa kali begawe digunakan, sudah pernah digunakan untuk apa saja dan seterusnya.

Tembakau merupakan bagian dari perbincangan para lelaki. Hanya sebagian kecil dari mereka tidak merokok. Pada kesempatan begawe sebagian besar membawa lompak, tempat tembakau yang terbuat dari anyaman lontar atau daun pandan. Lompak akan keluar dari saku masing-masing dan saling membandingkan rasa, bau asap, dan warna tembakau.

Itulah tradisi begawe, sebuah tradisi yang pada dasarnya dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Sebuah kebiasaan warisan leluhur dimana momentum itu menjadi sebuah ruang dimana warga merasa sama. Kaya dan miskin melebur menjadi satu dalam semangat gotong royong dan kebersamaan.

Lombok Timur, 03 Juli 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun