Dalam bahasa Sasak dua jenis makanan itu disebut ares. Ares pada dasarnya merupakan makanan yang bahan dasarnya batang pisang yang masih muda. Batang pisang itu diiris tipis-tipis setebal setengah sampai satu cm. Jika batang pisang sedang langka diganti dengan nangka muda. Begawe tidak akan lengkap rasanya tanpa masakan ares.
Setahu saya jenis bumbu yang digunakan untuk memasak ares itu sama. Keduanya merupakan makanan bersantan yang dilengkapi dengan cabai, bawang merah, kemiri, merica bawang putih, kunyit, dan lengkuas. Tentu saja digenapkan dengan garam sesuai takaran.
Juru masak dalam acara hajatan biasanya dilakukan oleh seorang masterchef ala kampung yang memang memiliki pengalaman memasak ares.
Warga yang datang untuk membantu biasanya membawa parang atau pisau. Mereka yang datang dengan perkakas pemotong yang tumpul akan jadi olok-olokan. Apalagi kalau datang dengan tangan kosong tanpa perkakas. Kedatangannya terkesan hanya untuk melihat-lihat saja.
Hal lain yang menarik dalam acara hajatan seperti itu adalah pamer parang atau pisau. Menjadi kebanggaan laki-laki kalau datang dengan parang yang tajam, bentuk yang bagus, dengan bahan besi baja yang berkualitas. Maka jika datang ke tempat begawe, biasanya para laki-laki datang dengan koleksi parang atau pisau yang paling bagus.
Saat bekerja mereka akan bercerita tentang asal usul parang dan pisau yang dibawa masing-masing, sejak kapan dimiliki, sudah berapa kali begawe digunakan, sudah pernah digunakan untuk apa saja dan seterusnya.
Tembakau merupakan bagian dari perbincangan para lelaki. Hanya sebagian kecil dari mereka tidak merokok. Pada kesempatan begawe sebagian besar membawa lompak, tempat tembakau yang terbuat dari anyaman lontar atau daun pandan. Lompak akan keluar dari saku masing-masing dan saling membandingkan rasa, bau asap, dan warna tembakau.
Itulah tradisi begawe, sebuah tradisi yang pada dasarnya dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Sebuah kebiasaan warisan leluhur dimana momentum itu menjadi sebuah ruang dimana warga merasa sama. Kaya dan miskin melebur menjadi satu dalam semangat gotong royong dan kebersamaan.
Lombok Timur, 03 Juli 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H