Mohon tunggu...
Moh FaizalElyas
Moh FaizalElyas Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seni dalam mendidik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Administrasi Infrastruktur Jaringan Menggunakan E-Learning Edmodo dengan Model Problem Base Learning

14 Desember 2022   19:26 Diperbarui: 14 Desember 2022   20:00 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Pratiwi (2015) minat belajar harus mendapatkan perhatian khusus karena minat belajar adalah salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Peserta didik akan belajar dengan baik apabila memiliki minat belajar yang besar. Jika memiliki minat belajar yang tinggi maka peserta didik akan memperbaiki kegiatan pembelajarannya. Peserta didik tersebut akan aktif dan jika tidak memahami pembelajaran peserta didik akan bertanya. Sebaliknya jika memliki minat yang rendah peserta didik cenderung kurang aktif dan berdampak terhadap hasil belajar yang diperolehnya.

Menurut (Wicaksana, E.J., 2020) sebesar 25% peserta didik termotivasi dan 62% sangat termotivasi dalam pembelajaran daring dengan menggunakan teknologi digital walaupun disaat pandemi covid-19. Peran teknologi digital di bidang pendidikan sangat dibutuhkan yaitu dengan penggunaan media pembelajaran yang memanfaatkan teknologi digital. Salah satu upaya untuk meningkatkan minat belajar yaitu dapat dengan menerapkan teknologi digital berbasis e-learning. Salah satunya adalah dengan edmodo yang dapat dikombinasikan dengan model pembelajaran. Diperlukan model pembelajaran yang fleksibel dalam pembelajaran daring, salah satunya adalah Problem Base Learning (PBL) yang dapat membantu peserta didik dalam belajar menggunakan e-learning. E-learning menurut Yazdi (2012) merupakan penggunaan teknologi seperti internet yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi berupa solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. e-learning memiliki fleksibelitas dalam pengolahanya meskipun terbatas dengan kemampuan keberadaan jaringan internet itu sendiri (Aminoto & Pathoni, 2015). Selain itu, e-learning memiliki potensi untuk membuat pembelajaran menjadi lebih efektif karena peluang interaksi antara peserta didik dan pendidik maupun bahan belajarnya terbuka luas. Karena peserta didik dapat berkomunikasi dengan pendidik kapan saja dan dimana saja (Chandrawati, 2010).

Berdasarkan hal ini diharapkan dengan Penerapan E-Learning Edmodo dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan minat belajar peserta didik. Hasil pembahasan permasalahan ini dapat bermanfaat untuk menambah pemahaman ilmu tentang proses pembelajaran dan diharapkan dapat mengatasi masalah yang terjadi di dalam kelas.

  • Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

  • Bagaimana keadaan awal pembelajaran pada masa pandemi kelas XI Teknik Komputer Jaringan di SMK Negeri 1 Sragen?
  • Bagaimana penggunaan aplikasi e-learning edmodo dan PBL pada pembelajaran kelas XI Teknik Komputer Jaringan di SMK Negeri 1 Sragen?
  • Bagaimana cara meningkatkan minat belajar peserta didik kelas XI Teknik Komputer Jaringan di SMK Negeri 1 Sragen ?

  • Ruang Lingkup

Pada pembahasan permasalahan ini akan difokuskan pada ruang lingkup sebagai berikut:

  • Penerapan aplikasi e-learning menggunakan edmodo
  • Penggunaan Model Pembelajaran Problem Base Learning (PBL)
  • Permasalahan pada mata pembelajaran Administrasi Infrastruktur Jaringan di Kelas XI TKJ 1 di SMK Negeri 1 Sragen Tahun Pelajaran 2021/2022

  • Tujuan Penelitian
  • Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
  • Mendeskripsikan keadaan awal pembelajaran pada masa pandemi kelas XI Teknik Komputer Jaringan di SMK Negeri 1 Sragen.
  • Penggunaan aplikasi e-learning edmodo dan PBL pada pembelajaran kelas XI Teknik Komputer Jaringan di SMK Negeri 1 Sragen.
  • Mendeskripsikan peningkatkan minat belajar peserta didik kelas XI Teknik Komputer Jaringan di SMK Negeri 1 Sragen.

  • PEMBAHASAN
  • Metode Penelitian
  • Pengamatan penelitian ini dilakukan pada suatu kelas menggunakan kegiatan pembelajaran yang sudah direncanakan dengan baik sebelum tindakan tersebut dilakukan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif menggunakan angket likert. Pengambilan data dengan kuesioner dilakukan dengan beberapa pernyataan tertulis terhadap responden untuk memperoleh tentang minat belajar peserta didik. Adapun angket dalam penelitian ini berjumlah 10 butir pertanyaan. Adapun indikator dari butir soal untuk melihat peningkatan minat peserta didik dilihat dari beberapa indikator yaitu rasa senang, keingintahuan, perhatian dan ketertarikan. Angket likert dibuat menggunakan skala 4 (empat) yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) sesuai yang ada pada Tabel 1 menurut (Hidayatullah, 2018).
  • Tabel 1. Kisi-kisi instrumen
    • Variabel 
    • Indikator
    • Butir Soal
    • Jumlah

    Minat Belajar

    • Rasa senang
    • 1,2,3
    • 3

    Keingintahuan

    • 4,5
    • 2

    Perhatian

    • 6,7,8
    • 3

    Ketertarikan

    • 9,10
    • 2

    Jumlah

    •  
    • 10
    • Subjek penelitian dalam pemberian angket ini adalah peserta didik Kelas XI TKJ-1 di SMK Negeri 1 Sragen. Angket pertama yang merupakan studi pendahuluan merupakan angket mengenai keadaan minat belajar peserta didik selama pembelajaran di rumah yang dilakukan. Untuk mendapatkan data awal pengamatan bagaimana keadaan minat belajarnya. Setelah itu, dibuat angket kedua yang berisi deskripsi kegiatan pembelajaran baru dan melihat bagaimana peningkatan minat belajarnya dengan 10 butir soal yang tersedia dan tambahan kritik dan saran terhadap deskripsi kegiatan pembelajaran. Butir soal juga dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya menggunakan SPSS versi 22 for windows. Menunjukkan bahwa instrumen yang dibuat mengukur apa yang seharusnya diukur di dalam penelitian dan apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2013).

    • Hasil Penelitian dan Pembahasan
    • Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat saat ini telah memberikan banyak kemudahan pada sistem pendidikan. Perkembangan teknologi ini mampu merevolusi kegiatan belajar mengajar dari yang sifatnya konvensional di dalam kelas menjadi online atau yang dikenal sebagai e-learning. E-learning terdiri dari dua kata atau bagian, yaitu "e" yang merupakan singkatan dari electronic dan "learning" yang berarti pembelajaran. Jadi, e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya teknologi komputer, jaringan komputer dan/atau internet. Tujuan utama penggunaan teknologi ini adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas pembelajaran. Oleh karena itu, e-learning sering disebut pula dengan online course (Prawiladilaga, 2013).
    • Konsep pembelajaran jarak jauh dan konsep web based learning atau internet based learning atau dikenal pula dengan sebutan e-learning. Penggunaan media dalam suatu proses pembelajaran tentu saja akan menimbulkan proses pembelajaran yang tidak sama dengan proses pembelajaran dengan tatap muka. Suatu sistem atau proses yang menghubungkan peserta didik dengan peserta didik yang lainnya maupun dengan suatu sumber pengetahuan, yang masing-masing terpisah oleh suatu jarak harus berinteraksi baik secara synchronous maupun asynchronous (R. K. Ellis, 2009). Synchronous adalah interaksi antara komponen-komponen yang saling berhubungan, dan terjadi secara bersamaan atau real time. Sedangkan asynchronous adalah proses interaksi antara komponen-komponen yang saling berhubungan dan tidak terjadi dalam waktu yang bersamaan. Menurut (Prawiladilaga, 2013)  Ada beberapa keuntungan dari penggunaan e-learning, diantaranya sebagai berikut:
    • Biaya, Penghematan biaya bisa dilakukan karena dapat menekan biaya untuk urusan teknis yang biasa digunakan seperti pembelajaran konvensional, seperti penyediaan peralatan tulis, papan, proyektor, dan lainnya.
    • Fleksibilitas waktu dan tempat, e-learning dapat membuat penggunanya menyesuaikan waktu dan tempat belajar. Mereka bisa menyisipkan pembelajaran disaat waktu luang dan tempat yang berbeda.
    • Standarisasi pengajaran, adanya perbedaan kemampuan dalam memberikan pengajaran oleh pendidik atau pengajar menyebabkan peserta didik memiliki perbedaan dalam menyerap pembelajaran, terkadang standar pengajaran juga tergantung suasana hati pengajar. E-learning dapat menghapus perbedaan tersebut, pelajaran di e-learning memiliki kualitas yang sama setiap kali diakses dan tidak tergantung suasana hati pengajar.
    • Fleksibilitas kecepatan pembelajaran, setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyerap pelajaran, ada yang cepat dan ada yang lambat. Hal ini bisa diatasi oleh e-learning, karena kecepatan belajar tergantung dari masing-masing peserta didiknya.
  • Selain mempunyai keuntungan e-learning mempunyai beberapa keterbatasan (Efendi dan Zhuang, 2005) yaitu sebagian orang merasa tidak nyaman mengikuti sistem e-learning. Penggunaan e-learning menuntut budaya self-learning, dimana seeorang memotivasi diri sendiri agar mau belajar. Sebaliknya, pada sebagian besar budaya pendidikan Indonesia, motivasi belajar banyak tergantung dari pengajar. Disini kita juga harus melihat kebiasaan penggunaan teknologi dari pelajar. Apabila mereka tidak terbiasa menggunakan perangkat teknologi digital, maka penerapan e-learning akan memakan waktu yang lama. Meskipun e-learning menghemat banyak biaya, tapi suatu institusi harus mengeluarkan investasi awal yang cukup besar untuk memulai penerapan e-learning. Investasi dapat berupa biaya perancangan dan pembuatan program Learning Management System, paket pembelajaran dan lainnya. Karena teknologi yang digunakan beragam ada kemungkinan teknologi tersebut tidak sejalan dengan yang sudah ada dan terjadi konfilk teknologi sehingga e-learning tidak berjalan dengan baik. E-learning tidak lepas dari segi konektifitas, salah satunya akses internet yang berguna untuk mengakses konten yang ada di server. Belum meratanya layanan koneksi internet menjadi sebuah keterbatasan dalam penerapan e-learning. Tidak semua materi bisa dimasukan dalam e-learning, beberapa materi memerlukan adanya kegiatan fisik, seperti olahraga, instrumen musik, seni rupa, tari dan lainnya.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun