Sebagai salah seorang yang terlibat langsung dalam pelayanan kesehatan jiwa yang saat ini bekerja dirumah sakit jiwa. Tentunya saya sudah menjadi saksi dalam setiap proses pelayanan kesehatan pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), dari hari pertama dirawat hingga mereka dinyatakan sembuh secara klinis.
Berbagai jenis ODGJ yang kami tangani di Rumah Sakit Jiwa, diantaranya ada dengan kasus perilaku kekerasan yang berupa, merusak barang berharga milik keluarga dan orang lain, pemukulan, serta pembacokan, yang dapat mengancam atau bahkan menghilangkan nyawa orang lain.
Keberadaan ODGJ di suatu desa memang sangat meresahkan, karena tingkahnya yang memang sama sekali tidak bisa dikontrol. Mereka terkesan bertindak sesuka hati tanpa memperhatikan hak dan keselamatan masyarakat disekitarnya.
Namun perlu kita ketahui bersama, bahwa apa yang mereka lakukan sama sekali diluar kesadaranya. Sehingga mereka bertindak dengan spontanitas, tanpa kita tahu apa masalahnya, namun secara medis, salah satu faktornya diperkirakan karena halusinasi pendengaran maupun penglihatan. Â Â
Persoalan Besar ODGJ
Persoalan ODGJ memang tidak ada habisnya, sederet peristiwa tragis dalam tahun 2020 telah mengisi catatan kelam tentang mereka. Seperti yang terjadi di sekitar kota lhokseumawe beberapa pekan lalu, seorang ODGJ yang yang mengamuk, merusak mobil brio milik salah seorang wartawan dengan menggunakan batu, hingga mengakibat mobil tersebut rusak parah.
Kejadian tersebut mengakibat kerugian besar, pasalnya tanpa sebab yang jelas ODGJ tersebut merusak mobil. Dalam sebuah kanal youtube terlihat orang yang diduga mengalami gangguan jiwa terus berjalan dan merusak barang-barang disekitarnya secara membabi buta.
Kejadian itu baru teratasi setelah pihak keamanan datang, dan membawa ke Rumah Sakit Jiwa Aceh. Fenomena tersebut merupakan salah satu contoh yang terjadi di tahun ini, dan masih banyak permasalahan seputar mereka yang masih menjadi tugas besar bagi kita semua.
Support Keluarga Sangat Penting
Suatu hal yang sangat penting dalam memelihara ODGJ agar tetap terpilihara kesehatan jiwanya adalah dengan adanya dukungan yang tinggi dari keluarga inti mereka. Menyediakan segala kebutuhan terkait kreatifitasnya, menyesuaikan dengan kemampuan keluarga tentunya.
Jangan sampai pihak keluarga menganggap ODGJ hanya bebaban bagi mereka, sehingga tidak memperdulikannya lagi. Mengakibatkan terjadinya penumpukan pasien di Rumah Sakit Jiwa, padahal secara klinis mereka sudah diperbolehkan pulang, untuk kembali produktif dengan rutinitasnya semula.
Perlu diketahui bersama bahwa Allah, SWT, tidak pernah menciptakan produk gagal, kita semua akan bermanfaat. Sesuai dengan kemampuan yang kita miliki, tentunya harus didorong dengan usaha yang lebih kuat.
Maka saat ini bagi masyarakat yang mempunyai anggota keluarganya dengan masalah ODGJ, harus mensupportnya semaksimal mungkin, agar mereka juga bisa kembali produktif ditengah masyarakat. Â Â
Mengembalikan Peran Mereka, Agar Kembali ProdukifÂ
Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 yang dimaksud dengan "Kesehatan" adalah: "Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis". faperta.ugm.ac.id
Merujuk pada pengertian diatas, untuk terpeliharanya jiwa yang sehat tentunya harus dibarengi dengan kehidupan yang produktif. Membutuhkan sokongan yang kuat agar mereka produktif kembali, selain peran keluarga, dalam hal ini permerintah juga tidak boleh menutup mata begitu saja terhadap ODGJ paska dinyatakan sembuh.
Pemerintah melalui pihak terkait harus menggulirkan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada mereka, agar memudahkan ODGJ untuk medapatkan pekerjaan atau kegiatan yang sifatnya memiliki produktifitas tinggi.
Jangan pernah berfikir bahwa pasien mantan ODGJ tidak bisa kembali produktif, mindset dan stigma semacam ini harus di hilangkan. Karena fakta membuktikan begitu banyak mantan ODGJ setelah sembuh bisa kembali produktif ditengah masyarakat.
Ada yang kembali mengelola usahanya, kembali ketempat kerja sebagai PNS, dan sebgainya. Ini bukan hanya sekedar cerita, saya dan perawat lainnya menjadi saksi atas keberhasilan ini. Namun dalam tulisan ini tidak bisa diceritakan secara terperinci mengingat kode etik, sumpah profesi, dan rahasia medis.
Memanusiakan Mereka
Memanusiakan ODGJ Barang kali ini yang sulit kita lakukan, karena pada umumnya kalangan masyarakat sudah terlanjur melebelkan mereka dengan stigma negatif. Sehingga ketika ODGJ sembuh dan mecoba kembali berbaur dengan keluarga dan masyarakat, tidak mendapatkan perlakuan yang baik.
Secara umum pasien yang pernah kembali kemasyarakat, rata-rata mereka mengeluh bahwa mereka tidak mendapatkan ruang yang baik ditengah masyarakat. Bahkan masyarakat memperlakukan mereka secara tidak manusiawi.
Keadaan tersebut dipicu oleh ketakutan masyarakat akan mantan ODGJ yang sewaktu-waktu bisa berlaku kasar. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja harus diberi pemahaman lebih kepada masyarakat agar menghilangkan rasa phobia berlebihan terhadap mantan ODGJ.
Karena pada dasarnya mereka juga manusia yang harkat dan martabatnya juga sama dengan kita yang waras. Oleh sebab itu kita perlu memperlakukan mereka seutuhnya sebagai manusia, dengan tetap harus memperhatikan keadaannya, agar tidak membahayakan orang lain.
Pada akhirnya melalui tulisan ini, penulis ingin mengajak pada seluruh masyarakat Indonesia untuk bahu membahu memberantas ODGj. Semoga angkanya terus berkurang, agar terciptanya hidup sehat jiwa dan sejahtera. Â Selamat hari Kesehatan Jiwa Sedunia.
Banda Aceh, 10 Oktober 2020
Moehib Aifa: Saat ini bekerja sebagai Perawat di Rumah Sakit Jiwa Aceh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H