Prestasi Pierre Tendean
Pierre Tendean pernah menjadi komandan pleton bataliyon zeni tempur 2 kodam II Bukit Barisan di Medan. Berselang satu tahun dia selesai mengikuti sekolah intelijen di Bogor, kemudian dia ditugaskan di Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD).
Pierre juga pernah ditugaskan untuk menyusup ke Negara Malaysia, untuk menjadi mata-mata. Dimana saat itu antara Indonesia dan Malaysia sedang mengalami ketegangan yang serius akibat Konfrintasi Malaysia-Indonesia.
Akhir karir Pierre Tendean sebagai ajudan Jendral A.H. Nasution, karena pemberontakan G30S, yang ikut menyeretnya kelubang buaya dan meninggal disana. Â
Malam Terakhir Pierre Tendean Berdinas
Menurut penuturan dari Mitze Farre salah saudara kandung pierre dalam sebuah kanal Youtube, pada malam naas tersebut, Pierre Tendean masih bertugas di rumah bapak A.H Nasution, padahal jam dinasnya sudah berkhir.
Seharusnya pierre sudah bebas dari tugasnya, dan bisa pulang kerumah orangtuanya, namun dia menunda kepulangannya. Sehingga masih tetap dirumah pak Nasution. Sehingga dia menjadi salah satu korban keganasan G30S.
Kenapa Para Penculik Tidak Mengenal A.H. Nasution
Korban Pierre Tendean memang sangat disesalakan karena dia bukanlah orang yang dicari, tapi jelas dia salah sasaran. Pihak yang menculik meyakininya bahwa dia adalah AH. Nasution, dikarenakan keadaan rumah yang remang-remang para penculik langsung meringkus dan meyakini bahwa yang di culik adalah Pak Nasution.
Kenyakinan penculik juga di perkuat dengan pengakuan dari Pierre sendiri, yang mengatakan bahwa dirinyalah Nasution orang yang mereka cari. Oleh sebab itu tanpa pikir panjang, para penculik yang dipimpin oleh Pelda Djaharup langsung membawanya ke daerah Pondok Gede tepatnya di Lubang Buaya.
Sementara A.H Nasution berhasil kabur dengan melompat jendala belakang rumahnya, meskipun pak Nasution selamat. Akan tetapi beliau kehilangan dua orang yang dicintainya, yaitu anaknya dan ajudannya yang setia Pierre Tendean.