Teori ini berfokus pada kemampuan individu untuk mengatasi pengalaman negatif. Anak-anak yang menjadi korban bullying mungkin memiliki tingkat resiliensi yang berbeda-beda. Mereka yang memiliki dukungan sosial yang kuat mungkin lebih mampu mengatasi dampak bullying daripada mereka yang tidak. Namun, jika bullying terjadi secara terus-menerus, dampaknya pada kesehatan mental—termasuk peningkatan kecemasan dan depresi—dapat menjadi lebih parah.
Â
6. Teori Interaksi Simbolik
Teori ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan komunikasi dalam membentuk perilaku. Bullying sering kali melibatkan penggunaan simbol dan bahasa yang merendahkan. Korban yang terpapar pada perilaku negatif ini secara terus-menerus dapat menginternalisasi pesan-pesan negatif tentang diri mereka, yang berujung pada masalah kesehatan mental seperti kehilangan rasa percaya diri dan peningkatan kecemasan.
Â
DAFTAR PUSTAKA
Â
Faizah, F., & Amna, Z. (2017). Bullying dan Kesehatan Mental Pada Remaja Sekolah Menengah     Atas di Banda Aceh. Gender Equality: International Journal of Child and Gender Studies,        3(1.
Muliasari, N. A. (2019). dampak bullying terhadap kesehatan mental anak (studi kasus di mi     ma'arif cekok babadan ponorogo) (Doctoral dissertation, IAIN PONOROGO).
Darmayanti, K. K. H., Kurniawati, F., & Situmorang, D. D. B. (2019). Bullying di sekolah: Â Â Â Â Â Â Pengertian, dampak, pembagian dan cara menanggulanginya. PEDAGOGIA, 17(1), 5566.
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2016). Ratas Bullying KPPPA. Â Â Â Â Â Diakses pada 25 November 2021 pada https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/8e022-januari-ratas-bullying-kpp-pa.pdf