Sanghyang Taya melalui Sanghiyang Tunggal maupun Sanghyang manikmoyo yang memilik kekuatan daya purba maka ada dua jalan menjadi berada didunia atau cara bereksistensi yakni ('Tu-ah Vs Tu-lah" atau Baik vs Buruk). Kekuasaan hidup dan realitas didunia ini dapat dieroleh dipelihara, dan dirawat melelui 'Tu-ah Vs Tu-lah".
Maka dalam bentuk lain kondisi ini menitis menjadi Roh Aksara Jawa" atau Aksara Kawi Aji Saka; yang berjumlah 20 huruf; (1) ha na ca ra ka (tesis); (2) da ta sa wa la (Anti tesis); (3) pa da ja ya nya (sintesis); (4) ma ga ba tha nga (kekosongan_ Ngesti Suwung atau saya sebut "Hong"); empat pengalaman negative dan positif ini kemudian menghasilkan apa yang disebut "tatanan" semacam kecocokan, harmoni, menjadikan dokrin jiwa manusia (papan, ampan, adepan); atau dasar Being and Time Heidegger versi Semar;
Keutaman Semar Ismoyo:
1. TUTUP (lengkap paripurna)
2. TUHU (Tulus dan berharap pada kebaikan)
3. TUNGGA (Mulya untuk dunia)
4. TUGUL (manusia awam/ikut saja), jadilah bawahan yang baik
How: Metode dan Pendekatan dalam Analisis Kepemimpinan Semar
Untuk menganalisis kepemimpinan Semar menggunakan pendekatan semiotik, langkah pertama adalah mengidentifikasi simbol-simbol dan tanda-tanda yang digunakan oleh Semar dalam berbagai narasi pewayangan. Misalnya, penggunaan humor, perumpamaan, dan tindakan sederhana namun penuh makna adalah ciri khas Semar yang dapat dianalisis secara semiotik untuk memahami pesan yang disampaikan.
Dalam pendekatan hermeneutik, analisis dilakukan dengan menafsirkan tindakan dan pernyataan Semar dalam konteks cerita dan budaya Jawa. Ini melibatkan pemahaman terhadap nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat Jawa, serta bagaimana Semar mencerminkan dan memperkuat nilai-nilai tersebut melalui kepemimpinannya. Teknik seperti interpretasi teks, analisis konteks, dan refleksi kritis digunakan untuk menggali makna yang lebih dalam dari tindakan Semar.
Selain itu, kombinasi kedua pendekatan ini memungkinkan analisis yang lebih holistik. Misalnya, simbol-simbol yang diidentifikasi melalui pendekatan semiotik dapat diinterpretasikan lebih lanjut dalam konteks sosial dan budaya menggunakan pendekatan hermeneutik. Hal ini memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang bagaimana Semar menggunakan simbol dan makna untuk membangun dan menjalankan kepemimpinannya.
Pendekatan semiotik dan hermeneutik menawarkan kerangka analisis yang kaya untuk memahami kepemimpinan Semar dalam budaya Jawa. Melalui identifikasi simbol-simbol dan interpretasi tindakan dalam konteks budaya, kita dapat menggali makna yang lebih dalam dari kepemimpinan Semar. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya pemahaman kita tentang tokoh Semar, tetapi juga memberikan wawasan tentang bagaimana nilai-nilai dan simbol budaya dapat membentuk dan mempengaruhi gaya kepemimpinan dalam masyarakat.
Daftar Pustaka:
Modul PPT 8
Anderson, B.R.O'G. (1965). Mythology and the Tolerance of the Javanese. Cornell University -- Membahas mitologi Jawa dan peran Semar dalam nilai budaya.
Geertz, C. (1976). The Religion of Java. University of Chicago Press -- Analisis tentang struktur sosial dan etika budaya Jawa.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!