Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kronik Perjuangan Pemberontakan Cilegon 1888 (Bagian 2)

6 Juli 2021   13:51 Diperbarui: 6 Juli 2021   14:02 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
H. Akhiya (Tengah), Pejuang yang ahirnya dihukum gantung pihak kolonial. Foto KITLV.

Setelah pertemuan usai, para kyai kembali lagi ke rumah H. Akhiya. Beberapa pejuang kemudian  diutus ke wilayah  yang sudah ditentukan seperti Serang, Tirtayasa, Terumbu, Tanara untuk menyampaikan pemberontakan siap dimulai hari Senin tanggal 9 Juni 1888,  Ki Wasid dan H.Tubagus ismail memerintahkan kepada para pejuang yang ada di wilayah Cilegon dan sekitarnya  untuk bergerak ke Cilegon pada pagi harinya.

Sesuai dengan perintah Ki Wasid itu, maka pada pagi hari tanggal 8 Juli, terjadi arak arakan massa yang berangkat dari rumah H. Akhiya dan berahir di depan rumah H.Tubagus Kusen (Penghulu. Peserta arak arakan ini terdiri dari para kyai dan murid muridnya dengan mengenakan pakaian putih dan ikat kepala disertai dengan iringan takbir dan qosidah menggunaan rebana.

Pihak kolonial mengira bahwa arak arakan yang juga memakai dua sado (andong) tersebut adalah massa yang sedang mengarak anaknya H.Akhiya yang akan dihitan karena sudah menjadi kebiasaan rakyat.

H. Akhiya (Tengah), Pejuang yang ahirnya dihukum gantung pihak kolonial. Foto KITLV.
H. Akhiya (Tengah), Pejuang yang ahirnya dihukum gantung pihak kolonial. Foto KITLV.
Sementara itu,  Ki Wasid dan H.Tubagus Ismail, pergi ke Wanasaba menemui beberapa kyai dan para muridnya diantaranya ada Kyai dari kaloran Serang yakni H. Sangadeli. Setelah itu Ki Wasid dan H.Tubagus Ismail meneruskan konsolidasi ke Gulacir dan Cibeber  menemui beberapa kyai diantaranya kyai H. Abdul Halim, H. Burak dan H. Abdulgani untuk membicarakan rencana final waktu dan teknis pemberontakan.

Malam harinya, Ki Wasid dan H.Ismail membawa pasukan bersenjata golok dan tombak bergerak dari cibeber menuju Seneja, tempat H.Ishak yang dijadikan markas pemberontakan.

Tanggal 9 Juli 1888, merupakan  kronik perjuangan rakyat Cilegon melawan penjajah, Pusat pemerintahan di serbu dari berbagai penjuru, sasarannya rumah pejabat  Cilegon baik yang Belanda maupun yang bukan Belanda (pejabat pribumi).

Serangan awal dilaksanakan waktu sepertiga malam menjelang subuh, yang pertama jadi sasaran adalah rumah yang tidak jauh dari rumah H.Ishak ---markas pemberontakan-- yakni tempat tinggal F. Dumas juru tulis Asisten Residen, penyerbuan dipimpin H.Tubagus Ismail.

Gardu Jombang Wetan yang dijadikan markas perjuangan Ki Wasid saat penyerbuan tanggal 9 Juli 1888
Gardu Jombang Wetan yang dijadikan markas perjuangan Ki Wasid saat penyerbuan tanggal 9 Juli 1888
Dumas berhasil lolos , tapi ahirnya diburu dan di bunuh pagi harinya oleh H.Tubagus Ismail dan Kamidin. Berabarengan dengan itu satu pasukan juga menyerang Kepatihan untuk membunuh Patih, namun Raden Pena, Patih yang sangat di benci rakyat tidak ada di tempat.

Pagi hari  semua pasukan berkumpul di markas pemberontakan yakni Gardu Jombang Wetan, oleh Ki Wasid, H.Tubagus Ismail dan H.Ishak, dibentuk beberapa pasukan yang diberi tugas masing masing untuk menyerbu Kepatihan, Rumah Asisten Residen, Penjara dan rumah pejabat lain yang dianggap sebagai antek antek penjajah.

Bag. 1 Lihat disini:  

Baca Juga: Kronik Perjuangan Pemberontakan Cilegon 1888  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun