Pengantar : Â
Dalam rangka menghormati dan mengenang para pejuang rakyat Cilegon dalam melawan Penjajah Belanda, dimotori oleh para Kyai (Ulama) yang terjadi di Cilegon pada tanggal 9 Juli 1888, saya sajikan tulisan bersambung  yang disarikan dari buku karya Prof. Sartono Kartodirdjo "Pemberontakan Petani Banten 1888".
Seminggu setelah pertemuan di Beji (rumah Ki Wasid), tepatnya tanggal 22 Juni, berbarengan dengan selamatan (haul) pendiri tarekat Qadiriyah, diadakan pertemuan besar di rumah Ki Wasid, 9 ekor kambing di potong untuk jamuan makan, para kiyai hadir baik yang dari Cilegon maupun dari Serang dan sekitarnya.
Dalam pertemuan  tersebut ada yang minta di tunda karena menurut mereka terlalu dini. Permintaan penundaan itu muncul dari orang orang atau pengikut H. Marjuki yang memang tidak setuju dengan tanggal yang sudah ditetapkan sebelumnya. Atas adanya permintaan ini, H.Ishak meyakinkan dan mengatakan bahwa penundaan hanya akan merugikan perjuangan suci dan akan membahayakan anggota.
Ahirnya  pertemuan memutuskan tanggal pemberontakan akan dilaksanakan  tanggal 9 Juli 1888, sebab jika dilaksanakan tanggal 12 Juli dianggap terlalu lama dan hawatir tercium oleh pihak musuh. Selanjutnya tanggal 1 Juli 1888, diadakan pertemuan kembali di Beji, saat itulah  Ki Wasid diangkat menjadi panglima perang.
Pasca pertemuan itu, para pejuang terus konsolidasi mematangkan rencana. Ki Wasid dan H. Tubagus Ismail  mendatangi rumah H. Ishak di Seneja pada tanggal 7 Juli 1888 malam. Namun H. Ishak tidak ada dirumah,  sedang menghadiri undangan H. Akhiya di Jombang Wetan yang sedang melaksanakan selamatan hitananan anaknya.
Dirumah H. Akhiya  ini, hadir  --selain H.Ishak--  para  pejuang lain seperti H.Sangid Jaha, H.Safiudin Leuwi Beurem, H. Halim Cibeber, H. Madani Ciore, H. Mahmud Terate Udik,  H. Moch.Arsad (Serang) dan H.Tb. Kusen Penghulu Cilegon.
Sepertia biasanya,  acara selamatan seperti ini dijadikan sebagai ajang  konsolidasi, para kyai yang hadir itu membicarakan masalah rencana pemberontakan sebagaimana telah dibicarakan dalam pertemuan pertemuan sebelumnya.
Bersamaan dengan itu, kira kira jam 11 malam, datang utusan -- kurir --- Nyi Kamsidah, istri H Ishak memberitahukan bahwa Ki Wasid dan H.Tubagus Ismail ada di rumah H Ishak ingin bertemu dengan semua kiyai yang ada rumah H. Akhiya.
Tengah malam rombongan para kyai menemui Ki Wasid dan H. Tubagus Ismail di rumah H.Ishak. Selain Ki Wasid dan H.Tubagus Ismail,  sudah hadir pula di rumah H.Ishak para kyai seperti H.Abubakar, H.Muhidin,H.Asnawi, H.Sarman dan H.Ahmad.  Malam itu dibicarakan tentang pemantapan rencana dan strategi  pemeberontakan  yang akan dilaksanakan dua hari lagi.
Keputusan yang diambil dalam pertemuan itu, akan disampaikan kepada para kyai yang tidak hadir seperti H.Mohamad Asik Bendung dan para kyai dari Trumbu.
Setelah pertemuan usai, para kyai kembali lagi ke rumah H. Akhiya. Beberapa pejuang kemudian  diutus ke wilayah  yang sudah ditentukan seperti Serang, Tirtayasa, Terumbu, Tanara untuk menyampaikan pemberontakan siap dimulai hari Senin tanggal 9 Juni 1888,  Ki Wasid dan H.Tubagus ismail memerintahkan kepada para pejuang yang ada di wilayah Cilegon dan sekitarnya  untuk bergerak ke Cilegon pada pagi harinya.
Sesuai dengan perintah Ki Wasid itu, maka pada pagi hari tanggal 8 Juli, terjadi arak arakan massa yang berangkat dari rumah H. Akhiya dan berahir di depan rumah H.Tubagus Kusen (Penghulu. Peserta arak arakan ini terdiri dari para kyai dan murid muridnya dengan mengenakan pakaian putih dan ikat kepala disertai dengan iringan takbir dan qosidah menggunaan rebana.
Pihak kolonial mengira bahwa arak arakan yang juga memakai dua sado (andong) tersebut adalah massa yang sedang mengarak anaknya H.Akhiya yang akan dihitan karena sudah menjadi kebiasaan rakyat.
Malam harinya, Ki Wasid dan H.Ismail membawa pasukan bersenjata golok dan tombak bergerak dari cibeber menuju Seneja, tempat H.Ishak yang dijadikan markas pemberontakan.
Tanggal 9 Juli 1888, merupakan  kronik perjuangan rakyat Cilegon melawan penjajah, Pusat pemerintahan di serbu dari berbagai penjuru, sasarannya rumah pejabat  Cilegon baik yang Belanda maupun yang bukan Belanda (pejabat pribumi).
Serangan awal dilaksanakan waktu sepertiga malam menjelang subuh, yang pertama jadi sasaran adalah rumah yang tidak jauh dari rumah H.Ishak ---markas pemberontakan-- yakni tempat tinggal F. Dumas juru tulis Asisten Residen, penyerbuan dipimpin H.Tubagus Ismail.
Pagi hari  semua pasukan berkumpul di markas pemberontakan yakni Gardu Jombang Wetan, oleh Ki Wasid, H.Tubagus Ismail dan H.Ishak, dibentuk beberapa pasukan yang diberi tugas masing masing untuk menyerbu Kepatihan, Rumah Asisten Residen, Penjara dan rumah pejabat lain yang dianggap sebagai antek antek penjajah.
Bag. 1 Lihat disini: Â
Baca Juga: Kronik Perjuangan Pemberontakan Cilegon 1888 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H