Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Berkunjung ke Yogyakarta dengan Pedestriannya yang Nyaman (2)

26 Agustus 2017   14:11 Diperbarui: 28 Agustus 2017   01:42 2707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati malam di titik nol ditemani secangkir kopi. Dok Pribadi

Sekilas memang Pembangunan Pedestrian baru berjalan sekitar 80%, disana sini masih banyak berserakan bahan bahan material. Berbeda dengan Pedestrian dari Hotel Garuda hingga Pasar Beringharjo yang menggunakan material Batu Alam, Pedestian titik nol menggunakan bahan baku cor yang dicampur dengan butiran batu kecil hingga berbentuk semacam taraso.

Penataan Pedestrian depan benteng vredeburg. Dok. Pribadi
Penataan Pedestrian depan benteng vredeburg. Dok. Pribadi
Dipinggir jalan, sudah tertata rapi beberapa tanaman bunga yang masih baru ditempatkan pada beberapa pot plastik diselingi dengan tanaman pohon hias yang belum jadi. Sementara pohon beringin yang sudah lama ada, bawahnya dibikinkan bangunan menyerupai Pot besar sebagai penghias.

Tanaman Bunga dan Pohon Penghias Pedestrian depan Gedung Agung. Dok. Pribadi
Tanaman Bunga dan Pohon Penghias Pedestrian depan Gedung Agung. Dok. Pribadi
"Gembok Cinta" yang dulu berdiri tegak dan menjadi daya tarik pengunjung, sekarang menghilang seiring dengan adanya penataan Pedestrian yang lebarnya kurang lebih 15 meter.

Dengan adanya penataan Pedestrian saat  ini, kedepan akan menambah estetika sepanjang jalan Malioboro dari Hotel Garuda hingga ke Titik Nol dan bisa juga dijadikan tempat untuk mengadu nasib bagi warga setempat walaupun harus kucing kucingan denga petugas.

"Saya sih berharap, jika sudah selesai 100 persen, pengunjung akan lebih banyak dan berlama lama dititik nol ini", kata Martin.

"Maksudnya"?, tanya saya

"Ya paling tidak kopi saya bisa diminum pengunjung, dan saya dapat uang", ungkap Martin.

"Emang ngga takut di garuk Satpol PP",

"Yah bagaimana lagi, bisanya cuma begini, tapi ngga apa, toh saya tidak minta minta sama pemerintah, yang penting pintar pintar mensiasati", ujar Martin

"Mensisati bagaimana"

" Biasanya Jam 10 malam Satpol PP pulang, setelah itu kita kita menggelar karpet, perburuan nasibpun dimulai", lanjut Martin sambil tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun