“Sebentar Rik, sepertinya saya tidak mungkin makan durian ini, jika kamu sendiri yang sudah capai mengantar justru tidak merasakan, ini bawa pulang satu untuk kamu makan dirumah ya”, panggil Meriyam sambil menyerahkan satu buah durian.
“Alhamdulillahirobbil Alamin”, kata Arik seraya mengucapkan terimakasih kepada Meriyam.
Arikpun pulang dengan hati yang lega, Allah telah memberikan petunjukNYA, amanat pak Kyai sudah dilaksanakan tanpa menambah dan mengurangi, Nyai Jenab kebagian dua buah durian, yang satu diberikan kepada Arik, Meriyam juga kebagian dua buah durian dan memberikan satu buat Arik, Arikpun ahirnya kebagian satu buah durian sesuai dengan pesan pak kyai.
Ketika pak Kyai mengunjungi Nyai Jenab, Pak Kyai menanyakan apakah titipan melalui Arik sudah diterima, Nyai jenab menjawab
“Iya sudah bah, dua buah durian, tapi karena saya kasihan, saya berikan satu”. Pak Kyai manggut manggut.
Demikian juga saat mengunjungi Meriyam, Meriyam menceritakan kepada ayahnya bahwa titipan dua buah durian sudah diterima.
“Ngga apa apa ya bah, saya berikan kepada Arik satu buah”, tanya Meriyam.
“Oh, iya, ngga apa, Abah justru bangga, kamu bisa menghargai orang yang sudah memperhatikan kamu”, jawab pak kyai sambil manggut manggut, dalam hati Pak Kyai sebetulnya sangat bangga karena punya istri, punya anak dan punya murid yang mengerti tentang arti sebuah amanah dan bisa berbagi.
Saat lebaran tiba, Arik kembali bersilaturrahmi ke rumah pak Kyai. Kali ini Arik disambut dengan perasaan yang sangat baik.
“Arik, ayo masuk, Abah mau ngomong sebentar”, kata pak Kyai sambil menepuk bahu Arik.
“Abah mau, tanya, bagaimana caranya kamu bisa membagi tiga durian sesuai dengan amanat Abah”, pak Kyai bertanya.