Hari ini Arik sedang pusing ngga ketulungan,sesekali ia memandangi tiga buah durian yang ia tempatkan di teras rumahnya, durian itu harus ia sampaikan kepada dua orang yakni istri dan anak dari Kyai Sarikam, gurunya yang sangat ia hormati.
Sudah lama Arik meninggalkan kampung, merantau ke Kota, Sebagai murid yang baik, Arik tidak menyianyikan untuk bersilaturrahmi kepada gurunya saat ia pulang kampung. Saat itulah pak Kyai nitip kepada Arik tiga buah durian untuk disampaikan kepada Istri pak Kyai yang kedua dan anaknya dari istri pertama yang tinggal di lain kampung.
Pak Kyai memang tak segan menitipkan durian kepada Arik karena Pak Kyai faham betul dengan karakter Arik waktu nyantri dahulu, Arik adalah santri yang jujur dan selalu melaksanakan amanat dengan baik.
“Arik, ini Abah titip durian, tolong dikasihkan ke Nyai Jenab 2 buah, lantas untuk Meriyam 2 buah dan untuk kamu satu buah”, begitu kata pak Kyai.
Arik sudah tahu siapa Jenab dan siapa Meriyam, Jenab adalah Istri kedua pak Kyai yang tinggal di kampung Gardu dan Mariyam adalah anak pak Kyai dari istri pertamanya Nyi Julehah.
“Ya Abah, nanti saya antar”, jawab Arik.
Arik tak kuasa menolak permintaan pak Kyai Sarikam walaupun otak dan pikirannya berkecamuk luar biasa, bagaimana mungkin 3 buah durian dapat di bagi kepada 3 orang sementara pembagiannya istri dan anak pak Kyai masing masing harus menerima 2 buah durian, sementara untuk dirinya 1 buah,
“Seharusnya kan ada 5 buah durian”, pikir Arik kebingungan.
Dalam situasi bingung, pak Kyai berpesan lagi
“Abah percaya sama kamu, ini amanat harus sampai, terserah bagaimana caranya 3 buah durian ini bisa disampaikan, tidak boleh ditambah atau dikurangi”, pesan pak Kyai.
“Insya Allah Abah”, jawab Arik singkat.