Saya pernah mendengar orang bijak bilang "Berjuang sendiri, sama saja seperti bunuh diri", namun tak selamanya pernyataan tersebut berlaku di semua keadaan. Walau berjuang sendiri jangan sampai mencoba untuk bunuh diri. Karena mengapa? Jujur saya adalah mahasiswa yang dilahirkan dari keluarga yang biasa-biasa saja, bahkan uang bulanan saya jika dibagi per harinya hanyalah seharga satu porsi sekali makan. Namun saya masih tetap dapat hidup, bahkan memiliki tabungan.
Kok bisa? Bisa, karena saya tidak pernah mencoba bunuh diri. Jadi maksud bunuh diri disini adalah jangan sampai membiarkan diri kita untuk terlarut dan terjebak dengan seburuk apapun situasi kita. Kita punya otak yang dapat digunakan, dan memiliki tenaga untuk dimanfaatkan.
Maka yang saya melakukan banyak hal agar keluar dari kondisi sulit ini. Bersyukur saya diberi keahlian oleh Tuhan untuk data merangkai kata-kata menjadi sebuah tulisan, mengikuti lomba-lomba blog dan karya tulis lainnya serta memenangkannya berhasil membantu saya di perantauan.
Jangan sampai bunuh diri karena tak ada yang bisa diandalkan selain diri kita sendiri. Setiap manusia diberi kekurangan dan kelebihan, dan manusia terbaik adalah yang bisa memanfaatkan kelebihannya secara baik. Memanfaatkan kelebihannya menjadi sebuah karya yang dapat menunjang kehidupannya sekaligus menjadi manfaat bagi orang lain.
Bang Zul, Fotografer difabel yang berhasil Buka perhatian media internasional Aljazeera
Bang Zul memiliki domisili asli yang sama dengan saya yakni Banyuwangi. Achmad Zulkarnain, begitulah nama panjanganya, dilahirkan dengan tangan dan kaki yang kurang sempurna, tidak seberuntung manusia normal lainnya. Namun hanya dengan sebuah kamera, beliau dapat menghasilkan karya-kaya yang ciamik dan berhasil menjadi seorang fotografer handal.
Puncaknya ketika dia mendapat sorotan dari media internasional asal Inggris, Aljazeera. Melalui video yang diunggah di twitter Aljazeera, warganet dunia pun berhasil dibuat kagum dengan kemampuan yang beliau miliki. Bukan hanya dapat mengotak-atik kamera, namun beliau juga bisa memainkan berbagai alat musik, seperti piano bahkan gendang dan tabla.
Hikmah yang dapat saya ambil perjuangan beliau bukan sekedar bagaimana cara kita bersyukur kepada apa yang kita miliki. Lebih daripada itu, kita dituntut untuk berjuang dan berkarya dengan apa yang kita miliki juga, dengan cara kita sendiri.
Karena jika dilihat secara logika, hampir mustahil seorang tanpa tangan dan kaki menghasilkan sebuah karya, bahkan dengan hasil jepretan yang luar biasa. Mulai dari mendorong kamera ke wajahnya, mengubah ISO, mengatur focus dan zoom, menggunakan mulutnya untuk menghidupkan dan mematikan kamera, bahkan menggunakan kulit lebih di ujung tangannya untuk menekan tombol shutter. Meski Bang Zul memiliki kekurangan sedemikian rupa, Bang Zul tidak pernah merepotkan orang lain. Bahkan untuk menuju lokasi pemotretan pun beliau lakukan sendiri, dengan motor yang beliau modifikasi sendiri membawa Bang Zul berkarya dengan mandiri.Â
Ya! Jawabannya adalah Bang Zul berhasil menemukan caranya sendiri untuk menghasilkan karya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!