Mohon tunggu...
Moch Farid Muqorrobin
Moch Farid Muqorrobin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Santri & Mahasiswa STAI Al-Anwar Sarang Rembang

Progam Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelabuhan Cerita Para Santri

18 Januari 2025   13:55 Diperbarui: 18 Januari 2025   13:55 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir setiap hari mereka berdua tidur di lorong tersebut, ya tak lain karena mereka sudah terbiasa di situ, walaupun kamar juga masih longgar tempatnya. Mungkin karena mereka terbiasa tidur di lorong waktu musim kemarau dan di pondok tersebut cukup panas. Jika mereka tidur di kamar pasti akan mandi keringat Sedangkan di lorong tersebut ada kipas yang bisa menyejukkan badan mereka tatkala kemarau membakar dengan panasnya Dari situlah mungkin mereka berdua terbiasa tidur di situ.

Hari berganti pagi, "Fiq, tangi Fiq, wes jam Sembilan,"[1] gaya si Thoriq yang lucu mencoba menggunakan bahasa jawa untuk membangunkan si Syafiq yang masih tertidur pulas. Walapun ia sedikit ngambek sama Syafiq, ia tetap perhatian sama shohibnya. Thoriq memang anak luar jawa yang sangat ingin sekali bisa bahasa jawa. Oleh karena itu jika ia di kasih tau temannya yang asli Jawa dengan Bahasa Jawa, ia langsung mempraktekannya.

 

Seperti hari-hari biasanya, karena setelah sholat jamaah subuh dan membaca Yasin Fadhilah, pasti sebagian santri tidur lagi.

 

"Oooaaahhh, jam berapa riq ini?" Syafiq yang mulai sadar, ketika di bangunin si Thoriq dari mimpi indahnya. Syafiq cukup pulas tidurnya, setelah bercengkrama semalaman bersama si Thoriq, Bagus, dan Dimas.

 

"Sudah jam delapan ini, ayo bangun," sahut si Thoriq.

 

"Yang bener lu Riq, waduh gk mandi lagi ni gua" balas Syafiq dengan mengeluh.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun