Mohon tunggu...
Moch Arya Dinaka
Moch Arya Dinaka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Institut Seni Indonesia Surakarta

nama saya Arya, saya saat adalah seorang pelajar yang menempuh pendidikan tinggi di Institut Seni Indonesia Surakarta, saya ada di jurusan Film & Televisi Fakultas Seni Rupa dan Desain, saya tentu saja gemar melihat Film dan saya memang tertarik bagaimana film itu dibuat maka dari itu saya mengambil prodi Film dan Televisi di perkuliahan saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Caping Kalo : Kerajinan Asli Khas Kudus Yang Mulai Langka

31 Desember 2024   23:05 Diperbarui: 31 Desember 2024   23:22 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis data dengan mengidentifikasi dari hasil wawancara dan menjabarkan dengan sebagaimana mestinya. Selanjutnya, hasil analisis disusun secara sistematis untuk memberikan gambaran tentang kondisi saat ini.

Pembahasan

Sejarah Caping Kalo ini merupakan kerajinan khas Kudus yang lebih tepatnya dari desa Gulang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus. Pengrajin Caping Kalo ini adalah turun temurun hingga sekarang, dari pak Kamto yang saya wawancarai beliau adalah penerus atau generasi ke-4 dari pengrajin-pengrajin yang ada di Kudus. Namun generasi saat ini atau generasi pada era modern ini enggan melanjutkan budaya asli Kudus ini karena memang pembuatannya yang sulit, rumit, dan tidak menghasilkan uang dengan cepat.

“kalau ditanya sejarah saya kurang tau ya, tapi waktu itu dari simbah buyut itu kan kemungkinan mulai tahun berapa saya tidak tau, pokoknya say aini generasi ke empat dari pembuatan caping kalo itu dan generasi ketiga bapak saya itu meninggal kurang lebih usia 90 tahun pada tahun 2020 kemarin, jadi bapak itu belajar dari simbah dan simbah belajar dari buyut, ndak belajar tapi memang dikerjakan dari generasi ke generasi dan generasi sekarang itu enggan yang mengerjakan itu karena ribet, rumit”

Walaupun begitu pak Kamto sendiri disini sebagai pengrajin terakhir mendapatkan perhatian khusus dari pelaku seni yang ada di Kudus, contohnya adalah perusahaan rokok kretek yang ada di kudus yaitu PT.Nojorono Tobacco yang berupaya menjaga kelestarian caping kalo dari kepunahan. Melalui salah satu programnya bernama corporate social responsibility Yayasan Karya Bakti Nojorono (YKBN), diterbitkan buku berjudul Caping Kalo : Riwayat Penutup Kepala Perempuan di Kota Kretek pada tahun 2022. Buku setebal 224 halaman itu berisi sejarah Caping Kalo melalui serangkaian penelitian sumber-sumber primer, seperti dokumen, catatan arsip para gubernur jenderal Hindia Belanda pada masa itu, dan karya ilmiah pada beberapa perguruan tingggi. Selain itu PT.Nojorono Tobacco ini mematenkan Caping Kalo sebagai identitas budaya dari Kabupaten Kudus, sejak hak paten itu keluar minat terhadap kerajinan tersebut kembali tumbuh, penjualan hingga sampai keluar jawa seperti bangka Belitung dan beberapa daerah di jawa seperti Malang, Surabaya, Depok, Bekasi, Cirebon, Jogja, dan Solo.

“banyak kok yang beli, dari luar jawa juga ada kayak Bangka Belitung, kemungkinan ya itu ya keturunan jawa yang ada disana, trus dari Malang, Surabaya juga ada, Depok, Bekasi, Cirebon, jogja juga ada, trus solo”.

Kesusahan mempertahankan budaya asli Kudus ini dalam pemasaran juga dirasakan oleh Pak Kamto sendiri karena menurut pak Kamto Caping Kalo ini memang tidak bisa dipasarkan secara normal karena bakul (penjual) tidak berani mengestok dikarenakan mahal dan perawatannya susah sehingga jika rusak dengan tidak disengaja akan rugi besar

“Kesusahan yang utama adalah masalah pemasaran terus terang ya ndak bisa dipasarkan masalahnya itu bakul-bakul (penjual) itu ndak bsai ndak berani nyetok masalahnya ya mahal, perawatannya juga susah kalo itu sampe dikreket (dimakan) tikus itu rugi besar, kan enak dibelikan yang lain seperti ekrak, sapu atau yang lain”.

Dalam pembuatan Caping Kalo juga memerlukan tingkat kreatifitas yang tinggi dan teliti, karena Caping jenis ini berbeda dengan jenis caping lainnya, pembuatannya sangat sulit yang membuatnya langka dan harga nya mahal. Urutan membuat Caping Kalo ini adalah pertama-tama membuat rangkepan terlebih dahulu, lalu haluskan daun rembutung atau sulo dan juga ijuk atau duk, serta ada bagian yang di anyam halus di bagian atas, setelah semua siap lalu dirangkai, dan terakhir harus di jahit agar terlihat rapi.

Caping Kalo ini sekarang hanya difungsikan untuk acara-acara tertentu atau acara besar, dan Caping Kalo ini hanya sebagai pelengkap ini baju adat wanita Kudus. Kebutuhan penggunaan Caping Kalo yang semakin ditinggalkan membuatnya semakin terancam punah. Tercatat pengrajin Caping Kalo saat ini hanya tersisa 1 orang karena sampai artikel ini dibuat pengrajin Caping Kalo yang bernama Mustar telah meninggal dunia 8 hari setelah artikel ini dibuat.

Peran Caping Kalo untuk memperkenalkan budaya kudus terbilang sukses karena perjalanan Caping Kalo untuk memperkenalkan budaya asli daerah Kudus sudah sampai seluruh Nusantara, hingga sampai saat ini kebanyakan tokoh-tokoh politik memakai baju adat Kudus di acara-acara penting, lalu pada tahun 2022 Caping Kalo ini telah debut di Istana Negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun