Kompetisi merupakan aktivitas untuk mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Dalam sepak bola, kompetisi yang sehat sangat diperlukan demi terciptanya kualitas yang baik.Â
Pihak pertama yang perlu bertanggung jawab atas tidak terciptanya iklim kompetisi yang sehat dalam persepakbolaan nasional adalah federasi. Karena federasi merupakan sebuah instansi yang bertanggung jawab dan berperan penting atas pembinaan, perkembangan, dan pengelolaan seluruh sarana dan prasarana sepak bola dalam negeri.
Tidak hanya federasi, peran pemerintah pun juga sangat penting karena dengan adanya kebijakan dari pemerintah hal ini akan dapat memudahkan perkembangan sepak bola dalam menjangkau seluruh lapisan masyarakat.Â
Jika federasi dan pemerintah tidak memiliki niat yang serius dalam perkembangan sepak bola nasional, tentu hal ini akan membuat perkembangan sepak bola Indonesia menjadi stagnan atau bahkan mundur.
Salah satu contoh bahwa kompetisi yang profesional dapat meningkatkan kualitas sepak bola di suatu negara adalah Jepang, dengan J-League sebagai kompetisi level tertinggi.
Sebelum era J-League, Jepang memiliki kompetisi Japan Soccer League, yang juga menjadi kunci keberhasila timnas Jepang di Olimpiade 1968. Kompetisi itu diikuti kesebelasan amatir dan diikuti oleh universitas dan perusahaan.Â
Namun, karena tidak memiliki kualitas yang tinggi seperti negara asia lain, salah satunya tetangga mereka Korea Selatan, kompetisi tersebut tidak mampu meraih dukungan maksimal dari masyarakat Jepang sepenuhnya.Â
Oleh karena itu, pada 1992 Jepang melalui JFA (Japan Football Association) juga memutuskan mengubah JSL menjadi Japan Football League (JFL) dengan sistem liga semi-profesional meninggalkan sistem amatir dan lebih ketat dalam menyeleksi klub yang akan berpartisipasi pada liga sepak bola tertinggi di negara tersebut.
Tujuannya tak lain adalah membentuk liga yang lebih berkualitas dan professional agar dukungan masyarakat terhadap klub-klub di Jepang semakin meningkat; pasalnya penonton yang datang hampir tidak pernah melebihi angka 19 ribu orang. Kualitas stadion yang buruk juga menjadi alasan mengapa banyak tribun yang masih kosong meski harga tiket pertandingan di Jepang cukup murah, tidak sampai 5000 yen.Â
Oleh karenanya, aspek-aspek seperti keuangan dan infrastruktur dalam klub terutama stadion lebih diutamakan.Â