Ketika kita memahami agama, metode pendekatan sangat menentukan hasil kajian. Pendekatan monodisiplin yang hanya menggunakan satu disiplin ilmu dalam memahami suatu fenomena keagamaan sering kali menghasilkan kesimpulan yang sempit dan terputus dari realitas kehidupan. Oleh karena itu, pendekatan multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin hadir sebagai solusi agar pemahaman terhadap agama lebih kontekstual, dinamis, dan komprehensif.
Amin Abdullah dalam bukunya yang berjudul "Multidisiplin, Interdisiplin, dan Transdisiplin: Metode Studi Agama dan Studi Islam di Era Kontemporer" yang terbit tahun 2022 pada hal. 115-116 menegaskan bahwa pendekatan monodisiplin dalam studi agama dapat menyebabkan pemahaman agama kehilangan kontak dengan realitas sosial. Hal ini karena linearitas ilmu dalam studi agama membuatnya sulit menyesuaikan diri dengan perubahan zaman dan konteks sosial yang kompleks.
Konsep Pendekatan Multidisiplin, Interdisiplin, dan Transdisiplin Dalam Studi Agama
1. Pendekatan Multidisiplin
Pendekatan multidisiplin melibatkan berbagai disiplin ilmu untuk memahami suatu fenomena tanpa menggabungkan konsep-konsepnya. Dalam studi agama, pendekatan ini berarti menelaah agama dengan menggunakan ilmu sejarah, sosiologi, antropologi, dan politik secara terpisah, tetapi tetap dalam satu objek kajian yang sama.
2. Pendekatan Interdisiplin
Pendekatan interdisiplin lebih maju dari multidisiplin, di mana beberapa disiplin ilmu tidak hanya digunakan secara sejajar, tetapi juga saling berinteraksi dan berbagi perspektif. Dalam kajian agama, pendekatan ini memungkinkan integrasi konsep dari berbagai ilmu sehingga menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan saling melengkapi.
3. Pendekatan Transdisiplin
Pendekatan transdisiplin melampaui batasan disiplin ilmu yang ada, menciptakan sintesis baru dalam memahami suatu fenomena. Dalam studi agama, transdisiplin dapat menghubungkan ilmu agama dengan humaniora, sains, dan bahkan filsafat untuk memberikan pemahaman yang lebih luas dan holistik.
Kritik terhadap Pendekatan Monodisiplin dalam Studi Agama Jika Meninjau Kasus Konflik Israel-Palestina
Sebagaimana dikemukakan oleh Amin Abdullah, pendekatan monodisiplin dalam studi agama dapat menyebabkan pemahaman agama kehilangan relevansi dengan realitas sosial. Jika agama hanya dikaji dari sudut pandang teologis tanpa mempertimbangkan aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya, maka kesimpulan yang dihasilkan cenderung sempit dan kurang kontekstual.
Hal ini sejalan dengan fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat, di mana pemahaman agama yang hanya bertumpu pada satu disiplin ilmu sering kali menghasilkan kesimpulan yang tidak relevan dengan kondisi nyata. Misalnya, dalam memahami fenomena sosial yang kompleks, jika hanya berpegang pada hukum Islam tanpa mempertimbangkan aspek historis dan sosiologis, maka keputusan yang diambil bisa kurang tepat dalam konteks kehidupan modern. Dapat kita berikan contoh seperti kasus konflik Israel-Palestina. Jika kita mempelajari konflik Israel-Palestina hanya dipahami melalui kacamata agama semata, maka kesimpulannya bisa menjadi sangat sempit. Beberapa pandangan monodisiplin menyatakan bahwa konflik ini adalah konflik antara Yahudi dan Muslim, sehingga menganggapnya sebagai perang antaragama.
Padahal, pendekatan monodisiplin semacam ini tidak cukup untuk memahami akar permasalahan yang kompleks. Konflik ini tidak hanya berakar pada perbedaan agama, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor historis, politik kolonial, ekonomi, nasionalisme, dan kepentingan geopolitik global. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih komprehensif sangat dibutuhkan.
Bagaimana Pendekatan Multidisiplin, Interdisiplin, dan Transdisiplin dalam Memahami Konflik Israel-Palestina
1. Pendekatan Multidisiplin
Dalam pendekatan multidisiplin, konflik Israel-Palestina dipahami melalui berbagai disiplin ilmu secara terpisah. Sejarah menjelaskan akar konflik sejak deklarasi Balfour 1917, politik membahas keterlibatan negara-negara besar seperti AS dan Inggris, ekonomi meneliti dampak blokade terhadap kehidupan rakyat Palestina, dan antropologi melihat dampak sosial budaya dari pendudukan militer.
2. Pendekatan Interdisiplin
Pendekatan ini mencoba menggabungkan berbagai disiplin ilmu untuk menghasilkan pemahaman yang lebih dalam. Misalnya, kajian sejarah dan politik dapat diintegrasikan untuk memahami bagaimana kolonialisme Inggris dan perjanjian-perjanjian internasional membentuk peta konflik saat ini. Demografi dan ekonomi dapat dianalisis bersama untuk melihat bagaimana penguasaan lahan dan sumber daya ekonomi oleh Israel memperparah ketegangan.
3. Pendekatan Transdisiplin
Dalam pendekatan transdisiplin, studi agama dikombinasikan dengan humaniora dan sains sosial untuk memahami bagaimana identitas keagamaan digunakan sebagai alat politik dalam konflik ini. Pendekatan ini juga melihat perspektif solusi dengan menggabungkan konsep resolusi konflik dari berbagai disiplin ilmu, termasuk diplomasi internasional, psikologi sosial, dan etika global.
Sebuah Refleksi
Memahami agama dan fenomena terkait tidak bisa hanya menggunakan satu pendekatan monodisiplin. Pendekatan multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin sangat diperlukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif dan kontekstual. Selaim itu pemahaman yang sempit terhadap agama dapat menyebabkan hilangnya relevansi dengan realitas sosial. Oleh karena itu, para akademisi dan praktisi keagamaan perlu membuka diri terhadap berbagai disiplin ilmu agar dapat memahami agama secara lebih luas dan inklusif.
Sebagaimana dinyatakan oleh Gus Baha:
"Orang yang semakin banyak ilmunya akan semakin hati-hati dalam membuat kesimpulan, berbeda dengan orang yang sedikit ilmunya, membaca baru sebentar langsung merasa benar, nonton sebentar langsung merasa tahu, ngaji baru sebentar langsung mengiyakan."
Pandangan ini selaras dengan pentingnya pendekatan multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin dalam studi agama. Semakin luas perspektif seseorang, semakin bijak ia dalam menarik kesimpulan. Sebaliknya, keterbatasan ilmu akan menyebabkan pemahaman yang dangkal dan berpotensi menyesatkan. Melalui pendekatan yang lebih terbuka dan komprehensif, kajian agama tidak hanya akan lebih relevan dengan kehidupan modern, tetapi juga mampu menjadi solusi bagi berbagai permasalahan sosial, politik, dan kemanusiaan di era kontemporer.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI