Hal ini sejalan dengan fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat, di mana pemahaman agama yang hanya bertumpu pada satu disiplin ilmu sering kali menghasilkan kesimpulan yang tidak relevan dengan kondisi nyata. Misalnya, dalam memahami fenomena sosial yang kompleks, jika hanya berpegang pada hukum Islam tanpa mempertimbangkan aspek historis dan sosiologis, maka keputusan yang diambil bisa kurang tepat dalam konteks kehidupan modern. Dapat kita berikan contoh seperti kasus konflik Israel-Palestina. Jika kita mempelajari konflik Israel-Palestina hanya dipahami melalui kacamata agama semata, maka kesimpulannya bisa menjadi sangat sempit. Beberapa pandangan monodisiplin menyatakan bahwa konflik ini adalah konflik antara Yahudi dan Muslim, sehingga menganggapnya sebagai perang antaragama.
Padahal, pendekatan monodisiplin semacam ini tidak cukup untuk memahami akar permasalahan yang kompleks. Konflik ini tidak hanya berakar pada perbedaan agama, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor historis, politik kolonial, ekonomi, nasionalisme, dan kepentingan geopolitik global. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih komprehensif sangat dibutuhkan.
Bagaimana Pendekatan Multidisiplin, Interdisiplin, dan Transdisiplin dalam Memahami Konflik Israel-Palestina
1. Pendekatan Multidisiplin
Dalam pendekatan multidisiplin, konflik Israel-Palestina dipahami melalui berbagai disiplin ilmu secara terpisah. Sejarah menjelaskan akar konflik sejak deklarasi Balfour 1917, politik membahas keterlibatan negara-negara besar seperti AS dan Inggris, ekonomi meneliti dampak blokade terhadap kehidupan rakyat Palestina, dan antropologi melihat dampak sosial budaya dari pendudukan militer.
2. Pendekatan Interdisiplin
Pendekatan ini mencoba menggabungkan berbagai disiplin ilmu untuk menghasilkan pemahaman yang lebih dalam. Misalnya, kajian sejarah dan politik dapat diintegrasikan untuk memahami bagaimana kolonialisme Inggris dan perjanjian-perjanjian internasional membentuk peta konflik saat ini. Demografi dan ekonomi dapat dianalisis bersama untuk melihat bagaimana penguasaan lahan dan sumber daya ekonomi oleh Israel memperparah ketegangan.
3. Pendekatan Transdisiplin
Dalam pendekatan transdisiplin, studi agama dikombinasikan dengan humaniora dan sains sosial untuk memahami bagaimana identitas keagamaan digunakan sebagai alat politik dalam konflik ini. Pendekatan ini juga melihat perspektif solusi dengan menggabungkan konsep resolusi konflik dari berbagai disiplin ilmu, termasuk diplomasi internasional, psikologi sosial, dan etika global.
Sebuah Refleksi
Memahami agama dan fenomena terkait tidak bisa hanya menggunakan satu pendekatan monodisiplin. Pendekatan multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin sangat diperlukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif dan kontekstual. Selaim itu pemahaman yang sempit terhadap agama dapat menyebabkan hilangnya relevansi dengan realitas sosial. Oleh karena itu, para akademisi dan praktisi keagamaan perlu membuka diri terhadap berbagai disiplin ilmu agar dapat memahami agama secara lebih luas dan inklusif.