Mohon tunggu...
Mochammad NurHadi
Mochammad NurHadi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Saya adalah pribadi yang suka membagikan suatu makna kehidupan dalam tulisan menulis dan memberikan suatu konten positif di media sosial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Pendidikan KH. Hasyim Asy'ari serta Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam Generasi Alpha

2 Desember 2024   22:18 Diperbarui: 2 Desember 2024   23:02 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
2016 penulis bersama Prof. Dr. KH. Said Aqil Sirodj, MA Ketua PBNU yang menjelaskan pendidikan islam masa depan menurut KH. Hasyim Asy'ari / dokpri

C. Implementasi Pemikiran Pendidikan Islam KH. Hasyim pada Pendidikan Generasi Alpha

Pendidikan Islam yang saat ini dijalani oleh generasi alpha harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang mana tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas 2003 Pasal 1 ayat 2 yakni pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.(Yati & Ramadhan, 2020)

Pada zaman sekarang, semua hal dalam kesibukan manusia banyak yang berubah, termasuk dunia pendidikan. Terkait pendidikan Islam, menurut pemikiran KH. Hasyim Asy'ari adalah gerakan atau pola yang sesuai dengan pola perkembangan yang ada. Pada saat ini dimana penerus generasi umat Islam yang sedang dalam proses mencari ilmu dengan segala model pembelajaran teknologi terkini dan mengikuti zamannya atau bisa kita sebut generasi alpha.(Hakim, 2013)

Generasi Alpha tentu banyak menghadapi berbagai tantangan dalam menjalani kehidupan ini karena majunya teknologi yang tidak bisa dihindari. Tetapi tantangan tersebut dapat menjadi potensi dan juga sebagai rintangan bagi mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua dan guru sudah seharusnya bisa menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik generasi Alpha sejak usia dini karena dengan menanamkan pendidikan karakter pada anak diharapkan dapat menjadi bekal dalam menghadapi kemajuan tersebut.. 

Di zaman saat ini, teknologi sudah sangat maju dan ilmu pengetahuan bisa diperoleh dengan akses yang mudah, sering membuat guru (pendidik, pengajar, dan istilah lainnya) dan siswa tampak dipaksakan ke dalam segala kondisi yang berbeda dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di era sebelumnya. Mengikuti perkembangan zaman, proses pembelajaran menjadi lebih praktis. Dalam praktik, proses pembelajaran yang ada seringkali meleset atau bahkan lebih parah meninggalkan yang ada nilai estetika atau etika. KH. Hasyim berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah sebuah sarana untuk mencapai kemanusiaan sehingga manusia dapat menyadari siapa pencipta sebenarnya dan untuk apa diciptakan. KH. Hasyim Asy'ari juga berpendapat bahwa pendidikan Islam lebih condong pada tujuan diciptakannya manusia selalu berusaha untuk mencapai saling menguntungkan bagi setiap manusia lainnya dan tentu saja rasa takut Allah SWT. Dalam konsep ini, pendidikan Islam yang bertujuan mengimplementasikan manusia yang ada fungsinya sangat kompleks dalam kaitannya dengan pendidikan Islam dan era yang terus berubah seperti saat ini.(Nurdiana et al., 2023)

Kita sebagai generasi Z atau Milenial yang sedang meneliti tentang pendidikan generasi alpha harus memahami bahwa anak saat ini tidaklah orang dewasa dengan tingkatan ukuran yang kecil. Karena itu, seorang anak sangat perlu diperlakukan sesuai dengan tahapan pertumbuhannya. tetapi kenyataan yang ada malah sebaliknya, banyak sekali di sekitar kita baik orang tua ataupun masyarakat dalam memperlakukan anak generasi alpha tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dalam pendidikannya sendiri ataudalam perkembangan anak, banyak fasilitator yang menggunakan tekanan berlebihan yang mana hal itu tidak sesuai dengan tahap daya kembang dan tumbuh anak generasi alpha itu sendiri. 

K.H. Hasyim Asy'ari lebih menampilkan gabungan antara teoritisi dan praktisi. Sebagai teoritisi, terlihat pada gagasan dan pemikirannya yang didasarkan pada kebutuhan masyarakat serta situasi kondisi kultural pada zamannya. Sedangkan sebagai praktisi, terlihat pada upaya melaksanakan gagasan dan pemikirannya itu. (Fuadi, 2020). Banyak sekali siswa yang terekam dalam jejak digital di berbagai media melakukan hal yang tidak terpuji kepada gurunya. Terdapat pula kasus-kasus guru yang mana diintimidasi bahkan dilecehkan secara fisik oleh siswa dan orang tua wali murid. Terbaru di Konawe Selatan guru sekolah atas nama Supriyani dilaporkan kepolisi atas tuduhan penganiyayan kepada salah satu peserta didiknya yang mana menimbulkan kegaduhan bagi seluruh praktisi pendidikan ditanah air.

Pada suatu proses pendidikan, sebagaimana mestinya  guru merupakan pemegang kekuasaan dalam upaya memberikan makna, arah serta tujuan dalam suatu pemikiran pendidikan. Juga di dalam Al-Qur'an disebutkan tentang keutamaan profesi guru sebagaimana berikut, Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Surah Ali Imran: 164).

Dari ayat di atas, guru mempunyai dua fungsi yang pertama, seorang guru memiliki fungsi penyucian. Artinya seorang guru berfungsi sebagai pembersih diri, pemelihara diri, pengembang, serta pemelihara fitrah manusia. Yang Kedua, seorang guru memiliki fungsi pengajaran. Artinya seorang guru berfungsi sebagai penyuplai ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada manusia agar mereka selalu menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.(Rosyid et al., 2022)

KH. Hasyim Asy'ari menjelaskan bahwa pentingnya nilai-nilai estetika atau etika harus diterapkan oleh siswa atau guru agar nantinya proses pendidikan yang dilaksanakan oleh dua bagian penting pembelajaran tersebut. Sehingga diharapkan proses pendidikan dapat mencapai tujuannya yang lebih baik. Seperti yang telah penulis sajikan pada awal pembahasan, bahwa pendidikan Islam memiliki tujuan untuk meningkatkan derajat ketakwaan kepada Allah SWT dan menciptakan atau membangkitkan jiwa manusia yang produktif dan dinamis di jalan yang benar.

Selain itu, di masa kini, beliau tetap memberikan nasihat penting bagi kita semua untuk berusaha semaksimal mungkin dalam menuntut ilmu agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, juga mengingatkan betapa pentingnya seorang guru untuk rajin menulis, menyusun dan meringkas. Hal inilah yang membuat pemikiran beliau sangat menarik dan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Karena ini merupakan salah satu faktor dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan memiliki kekayaan intelektual yang diabadikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun