Keywords: KH Hasyim Asy'ari, Educational Thought, Generation Alpha
Â
PENDAHULUANÂ
Hadratusyeikh KH. Hasyim Asy'ari (1871-1947) adalah ulama' terkemuka yang dikenal sebagai pendiri Nahdlatul Ulama' (NU), organisasi Islam terbesar didunia. Sebagai ulama' cendekiawan yang mendalami berbagai cabang ilmu keislaman, Hadratusyeikh KH. Hasyim Asy'ari memiliki pemikiran yang sangat mendalam tentang pendidikan Islam. Dalam konteks sejarah dan pemikiran, beliau mewariskan banyak konsep yang masih relevan hingga saat ini, terutama dalam menghadapi tantangan pendidikan Islam yang dijalani oleh generasi alpha. Jurnal ini akan membahas sejarah kehidupan KH. Hasyim Asy'ari, pemikiran pendidikannya, serta implikasi pemikirannya terhadap pendidikan Islam saat ini.
Banyak jasa dan kiprah yang telah dilakukan selama masa hidupnya. Beliau bukan hanya dikenal masyarakat sebagai pendiri Organisasi Islam Kemasyarakatan Nahdlatul Ulama' (sebuah organisasi sebagai ladang jihad pada masanya). Akan tetapi banyak aspek kehidupan yang juga dijamahnya, seperti kebangsaan, politik, maupun pendidikan. Meski banyak sumbangan pemikiran-pemikiran beliau baik untuk masa selama hidupnya maupun masa generasi penerus, namun yang paling dominan dari jasa pemikiran beliau adalah tentang kebangsaan dan pendidikan akhlak atau etikal tentu ini tidak bermaksud mempersempit jasa pemikiran beliau.
Etika atau juga disebut dengan karakter dan akhlak merupakan unsur penting dalam Pendidikan. Kemudan dilakukan secara sadar untuk selalu mengarahkan kehendak seseorang untuk mencapai prilaku yang mulia dan menjadikannya sebagai suatu kebiasaan sehari-hari. Konsep akan hal ini harus dilaksanakan dengan manajemen yang baik mencakup perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, dan evaluasi baik pada guru maupun pada peserta didik. Mutu pendidikan akan meningkat jika semua lini pendidikan diatur dengan baik, tidak hanya menitikberatkan pada murid saja, akan tetapi juga pada guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan dan seluruh stake holder yang ada pada suatu lembaga. Begitu banyak jasa dan kiprah Hasyim Asy'ari sehingga tidak terhitung karya ilmiah yang menulis tentang sejarah dan kiprahnya. Tulisan ini termasuk salah satunya, yang berusaha untuk menguak pemikiran pendidikan beliau khususnya di bidang etika. Pembahasan tulisan ini terbagi atas empat sub, yakni; pertama biografi yang meliputi genealogi sosial dan intelektual, kedua pemikirannya di bidang keagamaan dan kebangsaan, ketiga pemikirannya di bidang pendidikan, dan keempat relevansi pemikiran pendidikannya dalam konteks kekinian. Semoga bemanfaat.(Asnan et al., 2023)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang jenis penelitian yaitu studi kepustakaan yang tujuannya menganalisis dan mendeskripsikan kajian penafsiran ayat-ayat dan pendapat para tokoh yang berkaitan dengan kurikulum pendidikan Islam. Menurut Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena secara holistik tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Studi pustaka atau kepustakaan juga dapat dianggap sebagai rangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian dari berbagai sumber rujukan seperti buku, jurnal, literatur, tulisan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang nanti ingin dicari solusinya. Dalam penelitian ini, peneliti mencari serta menganalisis penafsiran ayat yang berkaitan dengan kurikulum dari berbagai buku kitab tafsir yang telah ditentukan. Dari hasil analisis tersebut, selanjutnya peneliti memberikan kesimpulan terhadap kajian ayat yang membahas tentang konsep kurikulum pendidikan Islam.
PEMBAHASAN DAN HASIL
A. Riwayat Hidup KH. Hasyim Asy'ariÂ
- KH. Hasyim Asy'ari mempunyai nama lengkap Mohammad Hasyim. Beliau lahir di Kabupaten Jombang, Jawa Timur pada hari selasa, 14 februari 1871 Masehi atau 24 Dzulqo'dah 1287 Hijriyah. KH. Hasyim Asy'ari merupakan putra dari pasangan Kyai Asy'ari dan Nyai Halimah. Ayahnya adalah ulama' dari Kabupaten Demak Jawa Tengah yang merupakan keturunan ke delapan dari Jaka Tingkir. Jaka tingkir merupakan Sultan Pajang di tahun 1568 dan putra dari Brawijaya IV yang menjadi raja di Majapahit. Untuk ibunya adalah putri dari Kiai Utsman yang merupakan pendiri sekaligus pengasuh pesantren Gedang, sebelah utara Jombang. Nyai Halimah dikenal sebagai perempuan yang taat beribadah. Konon, ia berpuasa selama tiga tahun berturut-turut. Puasa tersebut diniatkan untuk sebuah kebaikan. Puasa pada tahun pertama diniatkan untuk diri sendiri. Puasa pada tahun kedua diniatkan untuk anak dan cucunya. Puasa pada tahun ketiga diperuntukkan bagi para santrinya agar mereka senantiasa dilindungi Tuhan dan sukses dalam menjalani hidup. Â Sejak kecil KH. Hasyim Asy'ari hidup dalam lingkungan pesantren muslim tradisional Gedang. Sebagaimana santri pada umumnya, KH. Hasyim Asy'ari suka belajar sejak belia. Pada umur lima tahun, KH. Hasyim Asy'ari pindah dari Gedang ke desa Kras yang merupakan tempat ayah dan ibunya akan membangun pesantren baru yakni sebuah desa di sebelah selatan Jombang. KH. Hasyim Asy'ari menghabiskan masa kecilnya hinggal usia 15 tahun yang kemudian meninggalkan kras dan menjelajahi berbagai pesantren hingga ke Mekkah.(Agus Puspita W, 2019)
- KH. Hasyim Asy'ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya. Sejak usia 15
tahun, KH. Hasyim Asy'ari telah menjelajahi berbagai pesantren seperti Pesantren
Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo. Di pesantren Siwalan inilah KH. Hasyim Asy'ari menimba ilmu melalui Kyai Ya'qub yang merupakan pembimbing pesantren tersebut. Kyai Ya'qub memiliki pandangan luas terhadap ilmu agama. Sehingga KH. Hasyim Asy'ari menghabiskan banyak waktu disana yaitu kisaran lima tahun lamanya. Selain mendapatkan ilmu, disana juga KH. Hasyim Asy'ari menemukan istrinya yang merupakan putri dari Kyai Ya'qub yang bernama Chadidjah. KH. Hasyim Asy'ari menikahi istrinya pada usia 21 tahun yaitu pada tahun 1891. Pada 1893, KH. Hasyim Asy'ari berangkat ke Makkah untuk memperdalam ilmu agama dan berguru kepada Syekh Mahfudh At-Tarmisi yang berasal dari Tremas, Jawa Timur yang menjadi guru di Masjidil Haram yang mengajar kitab hadits Shahih Al- Bukhari. Untuk melengkapi pengetahuannya di bidang agama, K.H. Hasyim Asy'ari kemudian berguru kepada Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabau. Setelah tujuh tahun belajar di Mekkah, KH. Hasyim Asy'ari pulang ke Jawa dan mendirikan pondok Pesantren Tebu Ireng di Jombang pada 26 Rabiul Awal 1317 H/1899 M. Banyak sekali santri-santri atau teman santri yang usianya dibawahnya untuk tampil sebagai tokoh ulama yang berpengaruh luas, antara lain: KH Abdul Wahab Hasbullah dari Pesantren Tambak Beras, Jombang, KH Bisri Syamsuri dari Pesantren Denanyar, Jombang, KH R As'ad Syamsul Arifin, KH Wahid Hasyim yang merupakan anaknya, KH Achmad Shiddiq, Syekh Sa'dullah al-Maimani yaitu mufti di Bombay, India, Syekh Umar Hamdan yang merupakan ahli hadis di Makkah, Al-Syihab Ahmad ibn Abdullah di Syiria, KH R Asnawi diKudus ,KH Dahlan diKudus dan KH Shaleh diTayu.(Hasan, 2023)Â - KH.Hasyim Asy'ari juga mendirikan Organisasi Islam Kemasyarakatan Nahdlatul Ulama' (NU) pada tanggal 31 Januari 1926 bersama dengan Kyai Wahab Hasbullah yang menjadikannya kelompok yang sangat berpengaruh di Indonesia. Tak hanya menjadikannya sebagai organisasi keagamaan, KH. Hasyim Asy'ari juga ikut langsung memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan resolusi jihadnya. Dalam sejarah, Kyai Wahab meletakkan konsep dasar perpolitikan dan keterampilan organisasi, sementara KH. Hasyim Asy'ari bertugas memberikan stempel basah, justifikasi dan legitimasi secara teologi. KH. Hasyim Asy'ari merupakan Ulama' yang gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia yang dilandasi dengan cinta tanah air. KH.Hasyim Asy'ari tutup usia pada 7 Ramadhan 1366 H atau 25 Juli 1947 M pada pukul 3 pagi. Kepergian beliau ketempat peristirahatan terakhir, diantarkan bela sungkawa yang amat dalam dari hampir seluruh lapisan masyarakat, terutama dari para pejabat sipil maupun militer, kawan seperjuangan, para ulama, warga NU, dan khususnya santri Tebuireng. Umat Islam telah kehilangan pemimpin besarnya yang kini berbaring di pusara beliau di tengah Pesantren Tebuireng. Pada saat mengantar kepergianya, sahabat dan saudara beliau, KH. Wahab Hasbulloh, sempat mengemukakan kata sambutan yang pada intinya menjelaskan prinsip hidup KH. Hasyim Asy'ari, yakni, "berjuang terus dengan tiada mengenal surut, dan kalau perlu zonder istirahat".
B. Pemikiran KH. Hasyim Asy'ari dalam Pendidikan Islam
- KH Hasyim Asy'ari banyak sekali menyumbangkan pemikirannya tentang pendidikan islam yakni :(Asnan et al., 2023) Teologi, KH Hasyim Asy'ari menyampaikan ada beberapa tingkatan dalam mengartikan tuhan, tingkatan pertama ialah pujian terhadap keesaan tuhan dan hal ini hanya dimiliki oleh orang awam, tingkatan kedua meliputi pengertian mengenai keesaan tuhan hal ini dimiliki oleh para Ulama', tingkatan yang ketiga tumbuh dari perasaan mengenai hakim yang agung dan dalam hal ini dimiliki oleh para Sufi.
- Ahlussunnah wal Jama'ah, KH. Hasyim Asy'ari menerima doktrin ini dikarenakan sesuai dengan tujuan Nahdlatul Ulama' khususnya yang berkaitan dengan dengan membangun hubungan 'ulama' Indonesia yaitu mengikuti salah satu madzhab sunni dan merawat kurikulum pesantren agar sesuai dengan prinsip-prinsip Ahlussunnah wal Jama'ah yang berarti mengikuti
ajaran nabi Muhammad SAW dan perkataan ulama'. - Tasawwuf, pada pemikiran tasawwuf KH Hasyim Asy'ari, beliau  bertujuan memperbaiki prilaku umat Islam secara umum serta sesuai dengan prinsip prinsip ajaran Islam, dan dalam banyak hal pemikiran beliau banyak dipengaruhi oleh pemikiran Imam Al-Ghazali.
- Fiqih dan politik, pada hal ini ini beliau mengikuti aliran madzhab empat yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali. Pemikiran Politik, pada dasarnya pemikiran politik Hasyim Asy'ari mengajak kepada seluruh umat Islam untuk membangun dan menjaga persatuan, menurutnya pondasi politik pemerintahan Islam itu mempunyai tiga tujuan utama yaitu: memberi persamaan bagi setiap muslim, melayani kepentingan rakyat dengan cara musyawarah, dan selalu menjaga keadilan.
- KH. Hasyim Asy'ari juga seorang ulama'  dan penulis yang produktif dalam semua bidang keilmuan agama Islam, tetapi jika dilihat dari sudut epistemoliginya ada beberapa kesimpulan dari pemikirannya beliau yang memiliki pemikiran yang khas dan tipikal, beliau selalu konsisten mengacu pada rujukan Al-Qur'an dan Hadits. Sebagian  pemikirannya didalam bidang pendidikan adalah pendidikan yang signifikan, menurut KH.Hasyim Asy'ari adalah usaha memanusiakan manusia secara utuh, sehingga manusia bisa bertaqwa kepada Allah SWT, dengan benar-benar mengamalkan segala perintah, menjauhi larangan dan menegakkan keadilan dimuka bumi, beramal shaleh, yang mana manusia akan pantas menyandang predikat sebagai makhluk yang paling mulia. Juga hakikat tujuan pendidikan menurut KH. Hasyim Asy'ari adalah menjadi insan manusia yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT serta mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
- Karakteristik guru menurut KH. Hasyim Asy'ari adalah segala sesuatu karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang guru yakni; menjaga diri dari hal-hal yang menurunkan martabat, pandai dalam mengajar, berwawasan luas, mengamalkan ajaran Al-Qur'an dan Hadist, cakap dan professional, kasih sayang, berwibawa, serta takut kepada Allah, tawadhu'', zuhud dan juga khusyu'.
- Tugas dan tanggung jawab murid sungguh sangat banyak apabila dikaitkan dengan pemikiran beliau, namun beberapa pokoknya adalah etika dalam belajar murid haruslah memiliki etika dalam belajar seperti membersihkan hati, membersihkan niat, pandai mengatur waktu, menyedikitkan makan minum, menyedikitkan tidur, menjauhi kemalasan, dan meninggalkan hal-hal yang kurang berfaedah. Kemudian ada etika terhadap guru yang  meliputi memperhatikan guru, mengikuti jejak baik guru, memuliakan guru, bersabar terhadap pengajaran guru, duduk dengan rapi, berbicara sopan, dan tidak menyela guru ketika berbicara. Dan dalam etika terhadap pelajaran meliputi memperhatikan dengan baik ilmu yang bersifat fardhua'in, berhati-hati dalam menanggapi ikhtilaf atau perbedaan para ulama', bercita-cita tinggi, senantiasa menganalisa dan menyimak ilmu, menanyakan apa yang tidak dipahami, selalu membawa catatan-catatan kecil, belajar secara continue atau istiqomah dan menanamkan rasa antusias belajar yang tinggi.
- Dalam sistem pendidikan, beliau KH. Hasyim Asy'ari berlandaskan Al-quran sebagai
paradigmanya. Karena  dengan berlandaskan dengan wahyu tuhan, pasti akan terwujud suatu sistem pendidikan yang komprehensif yaitu meliputi tiga aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. - Kurikulum pendidikan menurut KH. Hasyim Asy'ari adalah Al-quran dan Hadist, fiqih, ushul fiqih, nahwu, shorof dan lebih cenderung menerapkan sistem kurikulum
pendidikan yang mengajarkan kitab kitab klasik.  Dalam menentukan pilihan metode pembelajaran harus tentu pasti selalu mempertimbangkan tujuan, materi, maupun lingkungan pendidikan, jika mengacu pada pesantren maka metode yang digunakan adalah metode yang konvensional yaitu system sorogan, bandongan, atau wetonan. Proses belajar mengajar  kesungguhan dalam keberhasilan proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya: guru, murid, tujuan pendidikan, kurikulum dan metode, dalam hal ini pemikiran KH Hasyim Asy'ari masih bersifat tradisionalis, karena beliau memposisikan guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek, guru tidak hanya sebagai transmitor pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga sebagai pihak fasilitator yang selalu memberikan pengaruh penting terhadap pembentukan prilaku atau etika peserta didik. - Dan yang terakhir adalah evaluasi, karena menurut beliau KH. Hasyim Asy'ari dalam proses evaluasi tidak hanya cukup untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengusaan murid terhadap materi namun juga untuk mengetahui sejauh mana upaya internalisasi nilai-nilai dalam peserta didik bisa diserap dalam kehidupan sehari hari. Adapun untuk mengukur tingkat keberhasilan seorang guru dalam mendidik akhlak pada peserta didik lebih ditekankan kepada pengamatan kehidupan santri sehari-hari. Sehingga mengenai hal evaluasi tidak hanya menggunakan standarisasi nilai, namun mereka sudah dianggap baik bila mereka sudah bisa mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari.(Olfah, 2023)