Setelah mengaji, kamu pelan pelan melangkah pergi.  Ke tepi danau itu. Rumput rumput yang sudah hampir setinggi badanmu kamu sibak dengan kedua tangan itu. Beberapa  bagian  kulitmu terasa perih karena luka.
Ada suara nyanyian pelan entah di mana orangnya. Â Mungkin jauh sehingga hanya terdengar rengengnya saja.
Tapi jelas itu sebuah nyanyian. Â Ada rindu yang begitu berat dalam setiap tarikan nafasnya.Â
"Murni?"
"Mungkin."
"Bukannya sudah  mati?"
"Iya."
"Kenapa masih terdengar menyanyi?"
Langkahnya semakin cepat. Mungkin kamu ingin segera sampai. Â Mungkin kamu ingin kembali menang. Ingin terbuktikan.Â
"Lurus?"
"Belok kanan. Terus lurus."