Beberapa kali kaki istriku menendang kakiku.Â
"Mau kan? "
Om Darmo seakan terus mendesak agar aku mau menerima warisan hartanya yang melimpah ruah tersebut.
"Saya coba bilang ibu... "
"Ibumu pasti setuju. Ibumu juga aku yang menyekolahkan nya kan? Masa iya mau melawan ku juga? "
Dan tendangan kaki istriku benar benar kencang. Nyaris aku berteriak.Â
"Saya pikir.... "
"Istrimu juga setuju kan? Siapa namamu? Ratih. Setuju kan  Ratih? "
Aku membayangkan anak anakku dibawa pergi oleh makhluk hitam besar itu. Aku membayangkan hari tuaku yang akan sepi sendiri seperti Om Darmo saat ini.Â
Aku tarik tangan istriku. Aku pergi dari ruang makan itu. Dan ketika di pojok ruangan ada makhluk hitam besar dengan mata yang memelototiku, ingin rasanya kutonjok mukanya itu.Â
Aku masih waras!Â