Sore agak sedikit mendung. Sengaja pulang cepat karena takut terjebak banjir seperti minggu kemarin. Akhirnya harus pulang larut.Â
"Ada telpon, Mas, " kata istriku.Â
"Dari siapa? "
"Om Darman. "
Ternyata Om Darman menyuruh aku dan istriku ke rumahnya. Makan malam di rumahnya. Katanya istrinya sudah memasak untuk makan malam bersama.Â
Ketika aku tanya siapa saja yang diundang makan malam, Om Darmo bilang bahwa hanya aku dan istriku saja yang diundang.Â
Akhirnya, malam itu aku dan istriku datang ke rumah Om Darmo di Cibubur. Karena takut hujan, akhirnya kami pergi menggunakan mobil. Hanya saja, berakibat pada terjebak macet.Â
Rumah Om Darmo tampak sepi. Sejak pensiun, mereka memang hanya tinggal berdua. Om Darmo tak memiliki keturunan. Sebetulnya, punya juga sih, tapi selalu meninggal saat baru beberapa hari menghirup udara di dunia nyata ini.Â
"Kamu tahu sendiri, sebentar lagi kami berdua akan mati. Untuk apa semua hartaku ini? Kamulah satu satunya keponakan ku yang pantas untuk menerima semua ini, " jelas Om Darmo setelah makan malam usai.Â
Kami memang masih duduk di meja makan. Menikmati buah buahan sebagai hidangan penutup.Â