Ya. Aku selalu dianter suamiku. Tadi juga aku dianter suamiku. Dengar motor yang suaranya semakin terengah-engah di tengah kesibukan jalanan ibukota.Â
"Langsung pulang? "
"Mau ke rumah Hamid dulu. Udah janjian. "
"Mancing lagi? "
Dia hanya mengangguk. Dan aku langsung menuju kamar 22. Tak perlu tanya tanya lagi. Aku sudah hafal seluk beluk hotel kecil itu.Â
"Hai."
"Erna."
"Sudah ditunggu. "
"Oke. Makasih. "
Pintu kamar 22 terbuka. Seakan sedang menunggu aku untuk masuk. Seperti biasanya.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!