Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Saya, Tahu, dan Tempe

27 Januari 2021   05:23 Diperbarui: 27 Januari 2021   05:33 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah kenapa, saya tak pernah merasa bosan terhadap dua makhluk satu saudara itu. Emang, dua duanya lahir dari perut kedele. Bukan kedele lokal pula, tapi kedele impor. Apakah berarti saya makan makanan luar negeri? Jangan jangan, saya masih ada keturunan bule sehingga seneng makan tahu dan tempe yang terbuat dari kedele impor. 

Tidak begitu juga. Waktu di kampung dulu, tetangga bikin tempe dari kedele yang ditanam bapak di kebun. Atau tetangga lainnya, juga di kebun. Tidak pernah impor kedele dia. 

Rasanya tetap lebih enak. Karena kedele yang dibikin tempe oleh tetanggaku emang kedele yang baru dipanen dari kebun. Bukan kedele yang sudah berumur lama karena harus mengarungi lautan Pasifik segala. 

Kalau tahu memang rada elite sedikite. Biasanya bapak beli tahu kalau pergi ke pasar. Kebetulan bapak pedagang kambing jadi selalu ke pasar kalau pas hari pasaran kambing. Di kampungku sampai saat ini belum ada pabrik tahu. Makan tahu jadinya tidak sesering tempe, memang. 

Teman lauk, kadang ada kadang juga tidak ada. Kalau sudah ada tempe tak ada tahu. Kalau ada tahu tak ada tempe. Sayur juga diambil dari daging tak bertulang di kebun sendiri. Apa itu daging tak bertulang? Nangka muda atau orang kampungku menyebutnya Gori. 

Kalau musim pete ya, makan pete. Kalau musim jengkol ya, makan jengkol. Tapi pete dan jengkol bergantung musim. Kalau tak musim, mereka pasti tak ada. Karena kampungku bukan jakarta. Kalau Jakarta ksn tak mengenal musim. Kapan saja ada pete. Cuma beda harga saja. 

Sedangkan tempe tak pernah mengenal musim. Bahkan ketika musim kawin pun selalu ada makhluk yang satu ini. Apalagi kalau cuma musim pacaran. 

Oleh karena itu, sumber protein dan gizi lainnya untuk orang orang di kampungku adalah tempe. Baru kemudian tahu. Baru kemudian yang lainnya. Selain pizza, McD, atau makanan kota lainnya. Karena di kampung ku yang begituan tak ada. 

Jadi sebetulnya agak salah judul juga sih. Seharusnya tahu dan tempe inilah yang sumber primer. Terus yang sekunder itu telor. Baru yang mewah adalah ayamnya sendiri. 

Kadang ada ikan kalau habis mancing. Sayang kali fi tempatku kecil sehingga kalau mancing juga dapetnya ikan kecil kecil. Ikan yang sudah klenger dengan cukup mengobok obok airnya saja. 

Sehingga tak layak tahu dan tempe disebut sebagai pengganti karena mereka berdua yang kadang diganti telor kalau kebetulan ada ayam di kandang belakang rumah ada yang betelor. Kalau lagi malas bertelor, terpaksa kita terus bergaul dengan menu utama. 

Bicara daging ayam juga terlalu mewah. Tak mungkin kami potong ayam, karena mereka diharapkan telornya. Jadi, ayam itu jika lebaran tiba saja. Dengan catatan, boleh dipotong cuma jagonya. 

Oleh karena itulah, sekarang pun rasanya tak tega meninggalkan mereka berdua. Sehingga istriku selalu menghadirkan wajah mereka di meja makan sebagai pemuas rinduku yang kadang suka menggebu-gebu. 

Jadi sekarang mereka berdua sudah bertambah fungsi yaitu untuk nostalgia masa kecil di kampung. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun