Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ketika Guru Bahasa Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0

18 Maret 2019   11:42 Diperbarui: 18 Maret 2019   19:56 4387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tenaga pendidik di era revolusi industri harus meningkatkan pemahaman dalam mengekspresikan diri di bidang literasi media, memahami informasi yang akan dibagikan kepada para peserta didik serta menemukan analisis untuk menyelesaikan permasalahan (Dokumentasi pribadi)

Pendidikan, dengan demikian, harus berfokus pada kesadaran.Atau dalam praktiknya, pendidikan harus mau dan mampu bergulat dengan persoalan-persoalan yang ada di sekitar pendidikan itu berada.Persoalan yang ada hadir di masyarakat harus dikritisi dan dicari solusinya.

Sikap kritis bukan sesuatu yang terberikan. Sikap kritis merupakan sikap yang dilatihkan terus-menerus melalui pendidikan di dalam ruang-ruang belajar. 

Ruang belajar menjadi sebuah laboratorium untuk membedah persoalan yang memang ada hadir dalam kehidupan peserta didik. Tidak ada pendidikan yang tak berakar. Pendidikan berakar di kehidupan nyata.

Era revolusi industri 4.0 adalah fakta kehidupan yang harus dihadapi peserta didik saat ini. Oleh karena itulah, mau tidak mau, siap tidak siap, guru harus menghadirkan revolusi industri 4.0 di dalam ruang-ruang belajar.

Apa yang harus dilakukan dalam menghadapi era revolusi industri 4.0?

Pendidikan harus mampu melatihkan kepada peserta didiknya untuk mampu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Berpikir kritis berarti peserta didik mampu membedah sampai ke akar permasalahan dengan pisau analisis yang tepat. 

Berpikir kreatif berarti kemampuan peserta didik untuk menghadirkan alternatif-alternatif. Berpikir inovatif berarti kemampuan untuk menentukan pilihan yang paling tepat sesuai dengan konteksnya.

Dalam era revolusi industri, hal demikian dapat ditempuh lebih cepat jika pendidikan mampu memaksimalkan dalam penggunaan atau pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Internet menjadi sebuah keharusan yang tak bisa diabaikan lagi.

Jack Ma (CEO Alibaba Grup) dalam pertemuan tahunan World Economic Forum 2018, menyatakan bahwa pendidikan adalah tantangan terbesar abad ini. Jika tidak mengubah cara mendidik atau belajar-mengajar, maka 30 tahun mendatang kita akan mengalami kesulitan besar (aceh.tribunnews.com, 27 Nov 2018). Kita tidak boleh tertinggal, kita harus bergerak sesuai gerak sejarah. Karena tak ada yang tak berubah kecuali perubahan itu sendiri.

Sudah saatnya kita meninggalkan proses pembelajaran yang cenderung mengutamakan hapalan atau sekadar menemukan satu jawaban benar dan tunggal dari soal. 

Metode pembelajaran pendidikan Indonesia harus mulai beralih menjadi proses-proses pemikiran yang visioner, termasuk mengasah kemampuan cara berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Hal ini diperlukan untuk menghadapi berbagai perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun