Pendidikan, dengan demikian, harus berfokus pada kesadaran.Atau dalam praktiknya, pendidikan harus mau dan mampu bergulat dengan persoalan-persoalan yang ada di sekitar pendidikan itu berada.Persoalan yang ada hadir di masyarakat harus dikritisi dan dicari solusinya.
Sikap kritis bukan sesuatu yang terberikan. Sikap kritis merupakan sikap yang dilatihkan terus-menerus melalui pendidikan di dalam ruang-ruang belajar.Â
Ruang belajar menjadi sebuah laboratorium untuk membedah persoalan yang memang ada hadir dalam kehidupan peserta didik. Tidak ada pendidikan yang tak berakar. Pendidikan berakar di kehidupan nyata.
Era revolusi industri 4.0 adalah fakta kehidupan yang harus dihadapi peserta didik saat ini. Oleh karena itulah, mau tidak mau, siap tidak siap, guru harus menghadirkan revolusi industri 4.0 di dalam ruang-ruang belajar.
Apa yang harus dilakukan dalam menghadapi era revolusi industri 4.0?
Pendidikan harus mampu melatihkan kepada peserta didiknya untuk mampu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Berpikir kritis berarti peserta didik mampu membedah sampai ke akar permasalahan dengan pisau analisis yang tepat.Â
Berpikir kreatif berarti kemampuan peserta didik untuk menghadirkan alternatif-alternatif. Berpikir inovatif berarti kemampuan untuk menentukan pilihan yang paling tepat sesuai dengan konteksnya.
Dalam era revolusi industri, hal demikian dapat ditempuh lebih cepat jika pendidikan mampu memaksimalkan dalam penggunaan atau pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Internet menjadi sebuah keharusan yang tak bisa diabaikan lagi.
Jack Ma (CEO Alibaba Grup) dalam pertemuan tahunan World Economic Forum 2018, menyatakan bahwa pendidikan adalah tantangan terbesar abad ini. Jika tidak mengubah cara mendidik atau belajar-mengajar, maka 30 tahun mendatang kita akan mengalami kesulitan besar (aceh.tribunnews.com, 27 Nov 2018). Kita tidak boleh tertinggal, kita harus bergerak sesuai gerak sejarah. Karena tak ada yang tak berubah kecuali perubahan itu sendiri.
Sudah saatnya kita meninggalkan proses pembelajaran yang cenderung mengutamakan hapalan atau sekadar menemukan satu jawaban benar dan tunggal dari soal.Â
Metode pembelajaran pendidikan Indonesia harus mulai beralih menjadi proses-proses pemikiran yang visioner, termasuk mengasah kemampuan cara berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Hal ini diperlukan untuk menghadapi berbagai perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.