Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

3 Hati dalam Gelas (17)

30 Maret 2016   12:37 Diperbarui: 30 Maret 2016   13:33 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa kata keluarga Dodo kalau Diah menerima Dodo?" bisik Diah dalam hati.

Dodo anak tunggal dari kyai kampung.  Bapaknya yang selalu menjadi imam masjid.  Setiap ada kegiatan agama, ayah Dodo selalu memberikan tausiyah. 

Dalam salah satu tausiyahnya, ayah Dodo bercerita tentang kaum nabi Luth.  Pada saat itu, terjadi keganjilan.  Kaum laki-laki menyukai kaum laki-laki.  Kaum nabi Luth itu sering dikenal dengan kaum Shodom.  Dan karena keganjilan sikap mereka yang lebih mencintai sesama lelaki itulah yang kemudian menjadikan kaum Shodom mendapat murka Tuhan.  Kaum Shodom dilenyapkan dari muka bumi.

"Jangan sekali-kali, ada generasi kaum Shodom di lingkungan kita!  Kalau sampai ada keturunan Shodom di lingkungan kita, kewajiban kitalah untuk mengembalikan hakikatnya atau membuangnya jauh-jauh dari lingkungan kita!  Tak ada pilihan lain!"  suara ayah Dodo menggelegar.

Dan Diah perempuan yang sudah dibentuk menjadi laki-laki oleh bapaknya.  Diah sudah menjadi setengah laki-laki.  Yang juga sudah dapat diartikan kalau Diah sudah setengah Shodom.  Kalau ayah Dodo tahu anaknya mencintai generasi Shodom, maka bukan lagi kemurkaan ayahnya yang didapat.  Dodo pasti akan diusir dari rumahnya.

Diah tak mau itu terjadi.  Sehingga, walau hatinya tak ingin melakukan itu, mulut Diah tetap mengatakan penolakannya terhadap cinta Dodo.

"Sekarang Dodo di mana, ya?" bisik Diah.

(Bersambung)

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun