"Dengan kelemahan itulah cewek memperdaya cowok. Â Cowok akan bertindak apa pun biar dianggap maco sama cewek."
Mereka berdua masih berjalan beriringan. Â Angin masih agak kencang. Â Meliuk-liukan daun tebu. Â Juga meniup rambut pendek Diah. Â Gerimis mengiringi langkah mereka.
Tak ada delman lewat. Â Sehingga mereka memutuskan untuk terus jalan kaki. Â Toh rumah mereka tak jauh.
"Seperti mau hujan lebat lagi," kata Dodo sambil mendongak.
Diah mengangguk.
"Kita duduk di situ dulu saja," usul Dodo saat hujan benar-benar tercurah deras.
Terpaksa Diah mengikuti langkah Dodo. Â Dan apakah kalian tahu apa yang kemudian dilakukan Dodo?
Diah tersenyum mengenang peristiwa itu.
Dodo menembaknya. Â Dodo menyatakan kalau dia mencintai Diah. Â Tapi, seperti bisa kalian tebak sendiri. Â Cewek maco itu tertawa terbahak. Â Membuat Dodo mukanya merah. Â Dodo tahu kalau bahak Diah berarti penolakan.
"Masa cowok mencintai cowok?" kata Diah sambil berpaling.
Ucapan itu hanya hadir di mulut Diah. Â Hati Diah beda. Â Dalam hati, Diah merasa kalau Dodo memang cowok paling perhatian. Â Dalam hati Diah, Dodo merupakan cowok ideal.