Dan tak ada lagi korban.Â
Agak tahayul sih. Â Hanya saja Diah waktu itu masih kecil. Â Hanya senang karena ramainya upacara itu. Â Karena tidak jarang dilanjutkan dengan pementasan wayang kulit. Â Banyak jajanan.
Mata Diah benar-benar menerawang. Â Hatinya bolak-balik antara waktu dulu saat kecil hingga kini. Â Rara yang duduk disamping tak tahu. Â Mata Rara masih takjub dengan luasnya kebun tebu di hadapannya.
(Bersambung)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H