Dyl, sejak mengakhiri hubungannya dengan Neyl memutuskan untuk kembali mengikuti seleksi di semester baru. Sekarang, Dyl anak bahasa.
"Dylo, kok kamu diam terus. Marah ya? Oh iya, aku lupa harusnya kalau kamu lagi bete aku panggil kamu Dylove." Neyl memajukan wajahnya, didekatkan pada wajah Dyl. Senyumnya melebar.
Sedang Dyl, tengah berusaha menahan godaan yang benar-benar menggoda ini. Kamu kenapa sih Nyl? Lupa atau pura-pura sih?
Neyl masih terus merayu Dyl. "Kamu gak pernah jemput aku lagi, kenapa? Kita udah lama gak main lagi, ayo main bareng lagi. Kita udah lama gak nonton bareng, ayo nonton lagi. Dylove..."
Dyl yang mencoba menahan gejolak malah tersedak.
"Dylove, ini minum..." Neyl menyodorkan cangkir kopinya, hampir saja tangan mereka beradu. "Gak usah." Jawab Dyl datar. Neyl memundurkan lagi tangannya.
"Dylove..."
"Neyl!" sentak Dyl, tiba-tiba. Neyl tersentak, namun, ah! umpat Dyl, mata itu terlalu menggemaskan. Mata Neyl yang mengiba. Tapi Dyl mampu mengontrol diri, tidak rapuh lagi atau mencoba untuk tidak rapuh lagi.
"Kamu lupa ya? Kita kan udah udahan" meluncur begitu lancar dari bibir Dyl, dirinya sendiri bahkan tak percaya bisa mengatakan itu.
Neyl tetap tersenyum. Namun segera mengalihkan pandangannya. Tak lama bus datang, air mata Neyl jatuh seketika, ia sapu segera.Â
Aku gak lupa kok Dyl. Aku cuma pura-pura lupa, kalau kita bukan apa-apa lagi, bukan siapa-siapa lagi.Â
Dyl bahkan sudah melesat masuk ke dalam bus.