Lain dengan sangkaan Dyl. Ia bersikeras kalau Neyl bermain api. Tertarik dan mulai menyukai Beynan. Bahkan tergolong sering Neyl membandingkan cara berpikir Dyl dengan Bey, membuat Dyl dongkol. Kecurigaan tentang permainan gelap antara Neyl dan Bey semakin memekatkan pandangan Dyl, hingga suatu hari, amarahnya tak terbendung lagi.
"Aku mau kita putus. Buat apa lagi, kita udah gak sejalan." Dyl, mengucapkan kata yang dulu tak pernah ia kenali.
"Apaan sih, Dylo? Jangan bercanda deh."
"Aku serius!"
Dyl meninggalkan Neyl yang terus menatapnya sampai habis. Sejak hari itu, mereka tak pernah bertemu lagi. Dan, baru hari ini. Neyl menemukan kekasihnya yang dalam sangkanya Dyl menghilang.
 ***
"Kamu kok pakai begituan Dylo, kayak mahasiswa baru aja." Neyl memecah sunyi yang sebenarnya tak sunyi. Mereka saling bergelak di dalam hati masing-masing.
Dyl tak menanggapi. Segera matanya menuju pada lengan kiri kemejanya, tersemat pita biru sebagai tanda kalau ia mahasiswa baru. Padahal dia sudah memakai hoodie, rupanya masih kelihatan.
"Oh iya, kamu juga kok udah lama gak masuk kelas? Kamu ke mana aja sih? Nanti kamu gak lulus lho" Sesekali Neyl meneguk kopinya.
Dyl masih diam.
Dalam hati, Dyl benar-benar dongkol, apalagi tiba-tiba saja hujan turun. Dyl, dengan berat semakin mendekat pada Neyl, rupanya ia tak rela mengorbankannya tubuhnya dan isi tasnya pada air hujan dan ia pun duduk di samping Neyl.
"Gitu kek dari tadi." Neyl tersenyum.