Saingan yang tak pernah saling mematikan. Jika Dyl diurutan dua, maka Nyl selalu bertengger di urutan pertama peringkat kelas. Rumor ini itu tak jarang menerpa mereka. Tentang saling berbagi jawaban saat ujian dan kecurangan-kecurangan yang dimafhum karena mereka punya hubungan spesial. Namun, satu pun tak ada yang terbukti. Mereka pintar bermain di balik layar. Belajar bersama, tentu saja. Saling mengisi, saling melengkapi. Sempurna.
Namun, isu pernah hampir meruntuhkan istana cinta mereka. Jalan mulus hubungan mereka seketika terbantahkan, kala salah seorang teman mereka memergoki mereka sedang adu mulut di sudut jalan, hampir dekat ke rumah Neyl. Suatu sore, sepulang sekolah.
Perselingkuhan. Dyl tertuduh asyik dengan wanita lain di belakang Neyl, dan segera dibantah oleh Dyl, bahwa semua itu fitnah. Apa yang dikatakan kalau cinta membuat lupa segalanya mungkin benar adanya. Itu mungkin kebohongan, tapi apa yang lebih berarti dari pada cinta?
Neyl memaafkan Dyl, mereka kembali akrab dan hangat. Kerikilnya hanya sedikit, jalannya kembali bersih.
Kepingan-kepingan ingatan itu seketika menguar bersama asap kopi dalam genggamannya. Neyl tertangkap basah oleh Dyl sedang senyum-senyum sendiri. "Astaga, manis sekali." Namun segera Dyl membuang pandangan, menggelengkan kepalanya. Kembali menatap jalanan yang riuh kendaraan.
***
Neyl, mahasiswi hukum yang lebih gemar membaca novel fiksi dibanding membaca buku-buku berkaitan hukum. Semester tiga. Harusnya, Dyl juga begitu. Dulu, sempat ada kekhawatiran dalam hati Neyl, sama besarnya dalam hati Dyl. Keduanya khawatir terpisah. Namun, mengejutkan ketika Neyl dan Dyl suatu siang membuka kertas yang mereka isi dengan jurusan juga universitas pilihan mereka masing-masing. Tanpa kompromi. Kejutan. Sama persis. Sempurna.
Senang tak terkira. Lagi-lagi mereka bersama. Ajaibnya, mereka lagi-lagi satu kelas. Entah, jalan hidup mereka terlalu banyak kebetulan.
Sampai akhirnya, yang tak pernah mereka harapkan terjadi, yang tak pernah orang lain sangka menerpa mereka.
"Kamu lebih setuju sama Bey?!"
"Ya, jawaban dia lebih logis, lebih masuk akal"
Kemarahan-kemarahan mulai sering terjadi. Dipicu selisih-selisih pendapat antara Neyl dan Dyl. Neyl mulai menemukan apa yang tak pernah ia sadari sebelumnya, jalan berpikir Dyl yang rumit dan terkadang sukar untuk dimengerti, bahkan tak masuk akal.