"Endi? Mana-mana?" Ujar Yu Ginah menyahuti umpan dari Anna, ternyata yang datang adalah Bagong bareng Katon, keduanya berboncengan dengan sepeda C70 yang lagi ngetrend jaman now. Tentu saja Yu Ginah mrengut, kecewa.
"Badala iki tow? Duo anak tua jalanan. Ora menarik sama sekali?" Tambah Yu Ginah menggerutu dengan segala kekecewaannya.
"Opo to Yu? Baru juga datang udah semprot sana sini saja. Belum juga bikinin kopi?" Sahut Katon memprotes omelan tak berdasar dari Yu Ginah.
Lalu tambah Bagong "Iyo kang" sembari nyumet udud  --klepuss---
"marah-marah aja, nanti awet tuwa lho, udah ngga jamannya sok-sokan marah-marah, sekarang jamannya sok-sokan sopan mengayomi dan islami" --klepuus---satu sedotan udud sebelum Bagong meneruskan protesnya.
"semalem bola kalah, lalu tadi di tempat mbaca koran di Balai Desa ngga ada brita bagus, Politik melulu, semua halaman mbahas masalah pribumi, kayak ngga ada brita lain? Kopi siji Yu, satu, sing pait, pait kaya nasib bangsa ini yo. Huh!!" Gerutu bagong memprotes dan mengomel.
Lalu Bagong meneruskan menikmati tembakaunya sembari meletakkan pantatnya di kursi panjang warung Yu Ginah, warung itu tata sedemikan terbukanya, menghadap ke jalan dengan 3 meja berjajar dilengkapi dengan sepasang kursi panjang tiap mejanya, berikut panganan, nyamikan serta pirantinya, lalu catur di tiap mejanya. Tentu saja TV tabung 17" di pojok atas warung tersebut, biasa buka mulai pagi buta sampai jam 8 mlm. Ini adalah cafnya orang-orang marjinal Parang Pojok, warung ngudo roso, warung rakyat diskusi mencerdaskan diri dan bangsa suapanya tidak melulu dibodohi oleh Pemimpin-pemimpin tengik bangsa ini. Entah itu raja-raja kecil level bupati, DPRD, DPR sampai pucuk tertinggi dan petinggi-petinggi partai, semua tengik, tengik macam gorengan warteg seminggu tak laku-laku, lengket, dekil bau, meracuni dan menipu, kelihatannya enak tapi tengik.
Maka, begitulah warung Yu Ginah terbentuk dan terpelihara, walau kadang yang cenderung sering terjadi perdebatan macam di tipi, tapi toh mereka masih merasa sedulur tidak ngawur membesarkan otot lengan dan urat suaranya, yang pasti warga Desa Parang Pojok itu bahagia dan damai.
"Iyo Yu britanya politik melulu, kalua ndak Pribumi ya UU Ormas, mbok mbahas kemiskinan bangsa ini, remaja-remaja kita yang makin bubrah bin ruwet, tambang kita, petani yang meringis dan menangis, malah rebutan jatah saja isinya. Ora mutu!!!!" Katon melanjutkan gerutu Bagong.
"aku kopi siji juga ya Yu, jangan pait-pait" tambahnya.
 "eh..eh.. iki opo to Yu, poster apa, itu apa yang kamu pasang Ann. mau ngadain lomba demo lagi pow?" tanya Katon ketika melihat poster yang dipasang Ana pada dinding warung simboknya.