Mohon tunggu...
Mobit Putro W.
Mobit Putro W. Mohon Tunggu... Dosen - Bergelut dengan bahasa

Hidup itu bukti sebuah kematian....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Secuil Cerita Tentang Susahnya Menemukan Pejabat Sekaliber Dr. Adyatma, MPH (Bagian 1)

25 Juni 2012   07:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:33 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena itu masa pergantian mentri, dengan sendirinya surat itu belum dibaca oleh pejabat yang bersangkutan, namun sempat tertahan karena proses pergantian pejabat. Karena prestasi dan ketauladanannya, Adyatma yang ketika itu tidak menjabat sebagai pejabat Negara sedang bepergian ke luar negeri.

Ketika pulang ke tanah air, terjadilah pergantian sejumlah menteri dari Kabinet Pembangunan IV kepada Kabinet Pembangunan V. Presiden Suharto ketika itu menunjuk Adyatma, MPH sebagai menteri yang baru dan menggantikan Dr. Soewardjono Surjaningrat sebagai Menteri Kesehatan kala itu untuk masa jabatan tahun 1988 hingg 1993.

Saat itu menteri Kesehatan sudah dijabat oleh Adyatma, sehingga segala kebijakan dan surat-surat penting yang ditujukan kepada Menteri sebelumnya akan melewati Adyatma. Pun demikian, surat yang ketika itu dikirimkan oleh Dirjen kepada Menteri Kesehatan yang memprotes rumah yang dipinjam oleh Adyatma selama belum memiliki rumah. Dan baru ketika menjadi menterilah, beliau diberi rumah oleh pemerintah.

Surat itu akhirnya sampai di meja sang Menteri. Sebagai menteri, Adyatma sendirilah membaca surat yang ditulis anak buahnya untuk memprotes kejelasan rumah dinas tersebut. Mungkin kita bisa membayangkan kejadian ketika itu. Bagaimana reaksi sang Menteri dan pengirim surat. Tetapi karena kebijakan Adyatma, kejadian itu tidak terendus oleh banyak pihak sehingga tidak terjadi hal-hal yang dikhawatirkan.

Pertanyaannya masihkah kita mendengar para pejabat kita, yang seperti beliau?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun