Kita pernah menjadi cerita,
Tertulis dalam suatu kertas,
Namun kertas itu meremuk,
Hingga menjadi jeda yang amat panjang,
Hingga dirimu hanyalah sebuah bayang,
Yang namanya hanya terbisik oleh alam,
Mungkin ini rencana Tuhan,
Ia pun datang,
Serentak langitpun menurun,
Dan angin mendorong pertemuan kita,
Pertemuan yang tidak pernah direncanakan.
Wajahmu seperti alam yang selalu ku cintai,
Tersusun rapi dalam palungan rindu yang mendalam,
Tatapanku bertanya
"Masihkah aku bisa berlabuh di tempatmu?"
Sedangkan senyummu menjawab
"Kau pasti akan kembali padaku."
Tapi, haruskah kita melanjutkan cerita yang pernah kita tulis?,
Atau membiarkan Tuhan menulis bab baru?,
Aku hanya bisa pasrah pada keadaan yang ada,
Di semesta kecil yang selalu menumbuhkan rinduku padamu ,
Yang tak pernah usai.
Dan saat kau pergi lagi nanti,
Separuh nafasku akan berjalan bersama dirimu,
Yang tak akan mampu mengiringi langkahmu selalu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H